Minggu, 20 Desember 2009

Lady Gaga, Artis Terpopuler di Internet

Lady Gaga, Artis Terpopuler di Internet


Lady Gaga, Artis Terpopuler di Internet

Posted: 19 Dec 2009 01:23 AM PST

VIVAnews - Tahun 2009 menjadi tahun keberuntungan bagi penyanyi Lady Gaga. Bagaimana tidak, selain lagu-lagunya diterima para penikmati musik dunia di tahun ini karir Lady Gaga juga semakin bersinar.

Tak hanya itu, penampilannya yang unik juga berhasil mencuri perhatian masyarakat. Lady Gaga adalah artis yang paling di cari di google selama tahun 2009 ini.

Seperti VIVAnews kutip dari Starpulse, 19 Desember 2009, lagu-lagu dari album The Fame yang dirilis pada 2008 lalu diputar sebanyak 18,5 juta kali di situs musik ternama, Last.fm.

Angka tersebut 6 juta kali lebih banyak dibandingkan dengan pemutaran lagu-lagu milik The Killers yang berada di posisi kedua, di situs musik tersebut.

Di peringkat ketiga, Lily Allen, penyanyi asal Inggris menjadi artis ketiga terpopuler sepanjang tahun 2009. Adapun satu tingkat di bawahnya adalah kelompok musik Prodigy.

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

Google Didenda Rp 135,6 Juta Setiap Hari

Posted: 19 Dec 2009 12:15 AM PST

VIVAnews - Pengelola laman pencari informasi terkemuka, Google, harus membayar denda sebesar 10.000 euro (sekitar Rp 135,6 juta) per hari. Itu adalah ganjaran yang diberikan pengadilan di Paris atas ulah Google yang melanggar undang-undang hak cipta Prancis mengenai penerbitan buku.

Berdasarkan vonis pengadilan Jumat waktu setempat, denda harian itu berlaku hingga Goggle berhenti menayangkan kutipan-kutipan semua buku terbitan Prancis yang masih dilindung undang-undang hak cipta.

Selain denda harian, Goggle juga harus membayar biaya ganti rugi sebesar 300.000 euro (sekitar Rp 4,06 miliar) kepada penerbit asal Prancis, La Martiniere. Perusahaan itu mewakili penerbit-penerbit asal Prancis untuk mengggugat Google.

Mereka geram bahwa Google sudah memindai 100.000 buah buku terbitan Prancis ke basis datanya tanpa meminta izin kepada penerbit yang bersangkutan melalui proses hukum. Pasalnya, 80 persen dari buku-buku yang dipindai Google sudah mendapat perlindungan hak cipta di Prancis.

Menanggapi vonis, kuasa hukum Google, Alexandra Neri, mengungkapkan kliennya akan mengajukan banding.

Keputusan pengadilan Paris itu menghalangi ambisi Google untuk mewujudkan perpustakaan digital yang bisa dinikmati semua orang. Dimulai sejak lima tahun lalu, Google menyediakan laman khusus yang menyediakan informasi dan kutipan buku-buku dari manca negara melalui internet.

Namun, pihak berwenang di Amerika Serikat (AS) sudah mewanti-wanti Google dalam membentuk perpustakaan digital karena bakal tersandung masalah perlindungan hak cipta, apalagi untuk buku-buku terbitan baru.

Kalangan penerbit di Prancis menyambut gembira putusan pengadilan di Paris. "Ini menunjukkan kepada Goggle bahwa mereka bukanlah raja dan mereka tidak bisa melakukan apapun yang mereka mau," kata Serge Eyrolles, presiden Syndicat National de l'Edition.

Para penerbit itu sebenarnya masih ingin bekerja sama dengan Google untuk membuat terbitan mereka dalam bentuk digital. "Namun itu bisa dilakukan bila mereka [Google] tidak lagi mempermainkan kami dan mulai menghormati hak cipta," kata Eyrolles.

Sementara itu, Philippe Colombet, ketua divisi pemindaian buku Google di Prancis, mengritik putusan pengadilan itu. "Pembaca di Prancis kini terancam kehilangan akses untuk mendapatkan pengetahuan secara signifikan dan tertinggal dari para pengguna internet di tempat-tempat lain," kata Colombet. (AP)

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

Antrean HT Mobile Pecahkan Rekor

Posted: 18 Dec 2009 11:46 PM PST

SURABAYA POST - Pengamat telekomunikasi Herry SW mengatakan, penjualan HT Mobile yang diantre ribuan warga kota Surabaya ini memecahkan rekor antrean ponsel di kota tersebut sampai saat ini.

"Sebelumnya harga promo termurah dipegang Nexian di TP dengan harga Rp 600 ribu. Sekarang ini lebih gila lagi sampai Rp 300 ribu. Nggak heran kalau antrenya sampai kayak gitu," kata Herry dihubungi Sabtu (19/12) pagi tadi.

Selain HT dan Nexian, Dezzo pun pernah mengadakan acara serupa. Namun berdasarkan pengamatan HSW, panggilan akrab Herry SW, tidak sampai sefenomenal ini.

"Ya karena harga murah, model qwerty dan di akhir tahun pula. Mungkin kan orang-orang ada yang dapat bonus akhir tahun jadi dibelanjakan sekalian," tambah HSW.

Menurut HSW, booming ponsel qwerty di Indonesia tidak lepas dari laris manisnya BlackBerry. Ponsel cerdas bikinan Research in Motion (RIM) asal Kanada itu memang seakan sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat saat ini. Sehingga, bagi mereka yang dananya terbatas pun harus cukup puas menenteng 'BlackBerry jadi-jadian alias BlackBerry abal-abal'.

Saking booming-nya BlackBerry, HSW menyatakan dari beberapa antrian yang pernah dipantaunya, termasuk hari ini, ada juga yang tidak tahu merk ponsel yang dibelinya. "Yang penting kaya BlackBerry, yang penting Qwerty," ujarnya.

Tidak dipungkiri, aplikasi Facebook juga menjadi daya tarik ponsel-ponsel rilisan baru ini. Bahkan di Asia, Indonesia termasuk dalam tiga besar pengakses Facebook terbesar. Melihat animo masyarakat saat ini, HSW memprediksi demam ponsel qwerty masih akan bertahan hingga pertengahan tahun depan.

Sedangkan menurut Bagong Suyanto, sosiolog Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, Surabaya, antusiasme masyarakat terhadap perkembangan dunia teknologi, khususnya produk handphone, adalah hal yang wajar.

Masyarakat Indonesia hari ini, kata dia, merupakan masyarakat yang bukan lagi berada di level masyarakat modern, melainkan masyarakat virtual atau yang lebih dikenal dengan istilah virtual generation. Pada level itu, papar Bagong, masyarakat akan selalu merasa haus akan perkembangan teknologi sebagai imbas dari kebutuhannya terhadap informasi.

"Ini dalam skala besar adalah merupakan gerakan reformasi informasi di kalangan masyarakat. Maka jangan heran kalau ipod, laptop, atau HP sebagai produk yang paling elementer menjadi sangat diburu dewasa ini," tuturnya.

Selain itu, hal lain yang turut mendorong fenomena ini, Bagong mengungkapkan adalah faktor mode. "Masyarakat kita hari ini bukan lagi masyarakat yang secara murni mementingkan harga murah semata, namun juga telah dipengaruhi oleh mode yang sedang in saat ini," tukasnya.

Menurut dia, ini lagi-lagi merupakan ciri karakter masyarakat yang telah masuk era postmodern. Era yang disebut juga sebagai era postindustrial tersebut telah membuat masyarakat lebih concern terhadap hal-hal yang berbau pencitraan diri.

"Dan virtual generation merupakan bentuk lain dari masyarakat postmodern di mana urusan selain harga juga menjadi penting, seperti mode dan imej," ungkapnya.

Laporan Denny Sagita dan Taufan Sukma

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION