Minggu, 14 Maret 2010

Sony Corp Klarifikasi Somasi Sony AK

Sony Corp Klarifikasi Somasi Sony AK


Sony Corp Klarifikasi Somasi Sony AK

Posted: 13 Mar 2010 11:33 PM PST

Sony Corp di Jepang akhirnya memberikan klarifikasi atas somasi yang dilayangkan kepada Sony AK. Namun sayangnya, klarifikasi itu belum menuntaskan kasus somasi terhadap blogger asal Indonesia yang nama situsnya tengah dipermasalahkan itu.

Menurut penjelasan pihak Sony Indonesia--yang menghubungi kantor pusat Sony Corp di Tokyo, Jepang, lewat teleconference--belum selesainya kasus somasi tersebut dikarenakan masih ada satu kendala yang mengganjal.

"Masalahnya, trade mark (Sony Corp di Jepang) sampai saat ini belum bisa menghubungi kuasa hukumnya (di Indonesia) untuk dimintai keterangan," kata Rini F Hasbi, Senior Manager Head of Marketing Communications Sony Indonesia, kepada detikINET, Minggu (14/3/2010).

Sulitnya menghubungi kuasa hukum Sony di Indonesia--Hadiputranto, Hadinoto &; Partners (HHP), menurut dia, membuat pihak Sony di Jepang kesulitan untuk menjernihkan masalah ini. Sebab, asal muasal permasalahan ini adalah surat somasi yang dilayangkan kepada Sony AK melalui kuasa hukum tersebut.

"Itu sebabnya ada miskomunikasi di sini. Trade mark tidak pernah memberikan perintah untuk langsung mensomasi Sony AK, hanya meminta notifikasi dan finding fact (mencari fakta) dari HHP, apakah perlu diteruskan untuk mengambil langkah hukum atau tidak," kata Rini.

Menurut dia, segala urusan yang menyangkut masalah hak merek dagang atau trade mark Sony di seluruh dunia--termasuk Indonesia--semua dikendalikan langsung dari pusat oleh Sony Corp di Jepang. Begitu pun di Indonesia, Sony Corp juga menunjuk langsung kuasa hukumnya untuk mengurus sengketa nama domain Sony AK ini.

"Itu sebabnya, mengapa kami awalnya tidak tahu tentang kasus ini sebelum ramai di media dan internet. Sebab, urusannya tidak lewat kami. Trade mark langsung ke HHP. Kami di Sony Indonesia hanya mengurus sales dan marketing saja," jelasnya.

Meski demikian, Rini tak mau Sony Indonesia dan Sony Corp dianggap buang bodi dan melepas tanggung jawabnya begitu saja atas apa yang telah terjadi. Itu sebabnya, lanjut dia, Sony Corp terus mendesak klarifikasi dari kuasa hukumnya agar bisa segera menjernihkan masalah.

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah ada titik terang. Kami sangat mengerti kenapa kasus ini jadi ramai. Kami tak pernah menyangsikan peran media dan the power of Facebook. Kami juga takut kalau nantinya disomasi," tutup penjelasan Rini yang mewakili Sony Corp dan Sony Indonesia.

Ada benarnya jika HHP sulit dihubungi oleh Sony Corp. Sejak kemarin, detikINET juga telah coba menghubungi kantor kuasa hukum yang beralamat di Gedung Bursa Efek Indonesia itu lewat sambungan telepon dan email.

Namun sayangnya, email tak berbalas dan telepon tak kunjung tersambung. Jawaban dari email hanya notifikasi "Out of Office". Sedangkan telepon yang diangkat oleh resepsionis kantor HHP cuma memberi penjelasan bahwa kuasa hukum Sony itu sedang libur.

Jika pihak Sony Corp dan kuasa hukumnya tidak segera menjernihkan kasus ini, bukan tidak mungkin buntutnya akan semakin panjang dan membuat citra Sony tercoreng, tak hanya di Indonesia, tapi juga seantero jagad lewat penyebaran internet. Terlebih, sudah sangat banyak pihak yang ini Sony Corp digugat balik lewat class action.

Banyak pihak yang tidak terima, ketika Sony Arianto Kurniawan (sony-ak.com) disomasi oleh Sony Corp lantaran nama "Sony" yang melekat di situs pribadinya--cuma karena alasan kalau-kalau situs dengan label "Sony" itu disalahgunakan dan bisa merusak merek dagangnya.

Sony AK yang menjadi korban pun dihadapkan oleh kuasa hukum Sony Corp dengan dua pilihan sulit: melepas nama "Sony" atau diseret ke meja hijau. Namun Sony AK memilih untuk bertahan. Ia tidak sendirian, banyak pihak yang mendukung dia, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Kasus sengketa nama domain ini pun bergulir cepat bak bola salju, ketika para sahabat Sony AK membuat sebuah grup penggalang dukungan di Facebook dengan nama: "Sony, Jangan Renggut Nama Temanku!". Sejauh ini anggota grup itu sudah lebih dari 5.800 orang.

Selain ancaman somasi balik terhadap Sony Corp, raksasa elektronik itu juga semakin tertekan dengan ancaman boikot atas produk-produknya. Seruan untuk memboikot produk Sony pun mulai ramai disuarakan di Twitter dan Facebook melalui berbagai grup di situs jejaring itu.

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Fermi, Akankah Jadi Produk Gagal Lain Nvidia?

Posted: 13 Mar 2010 08:16 PM PST

VIVAnews - Nvidia dalam waktu dekat akan menghadirkan kartu grafis kelas performa terbarunya baik untuk segmen profesional ataupun segmen gaming.

Menggunakan basis chip GF100 atau yang dikenal dengan kode nama Fermi, VGA tersebut akan hadir dalam versi Tesla (untuk pengguna profesional), dan dalam model GeForce GTX 480 untuk pengguna gaming.

Ada hal yang menarik seputar kartu grafis Nvidia yang akan datang tersebut. Khususnya dari sisi TDP (thermal dissipation power, atau daya rata-rata yang dikonsumsi chip).

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Nvidia memperkenalkan versi awal VGA tersebut. Sayangnya, meski merupakan versi minimalis dan underclocked (dipatok pada kecepatan yang lebih rendah dibanding seharusnya), kartu grafis tersebut sudah menyedot 225 watt.

Menurut sejumlah pengamat, dengan konsumsi daya yang demikian besar, dan performa yang tidak terlalu menggembirakan, Nvidia sedang berada dalam masalah yang lebih besar lagi.

Seakan menambah parah suasana, menurut beberapa sumber seperti VIVAnews kutip dari SemiAccurate, 14 Maret 2010, Nvidia telah mendongkrak TDP tersebut sebanyak 50 watt lagi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Pada Computers Electronic Show yang berlangsung di Las Vegas awal 2010 ini, Nvidia sempat membantah bahwa GTX 480 mereka mengonsumsi daya sebesar 280 watt. Namun, setelah mencoba berbagai cara, Nvidia akhirnya mengaku berhasil mematok TDP VGA tersebut pada 275 watt.

Ini bukan berarti mereka bebas dari masalah. Ada dua masalah yang kemudian muncul, baik internal dan eksternal.

Masalah internal adalah Nvidia akhirnya mengakui mereka gagal mengatasi masalah yang ada pada chip arsitektur tersebut. Satu-satunya cara agar mereka bisa menjual VGA berbasis chip yang bersangkutan adalah menyuntikkan daya sebanyak mungkin agar kinerja VGA bisa didongkrak.

Masalah kedua adalah yang akan dialami oleh partner mereka. Menaikkan TDP sekitar tiga minggu sebelum peluncuran dan sebanyak 50 watt merupakan langkah yang berbahaya.

Produsen PC desktop kelas atas tentu bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan dengan melengkapi VGA dengan pendinginan yang lebih hebat. Tetapi bagaimana dengan produsen kelas performa dan mereka yang akan menggunakan Tesla berbasis Fermi?

Jika Anda memasang empat VGA dalam satu sistem, berarti ada tambahan 200 watt yang harus didinginkan. Tiga minggu sebelum peluncuran, casing sudah dibuat, pendinginan sudah selesai. Produsen tidak lagi punya waktu untuk mengubah berbagai hal, apalagi melakukan uji coba.

Bayangkan 200 watt ekstra dalam server 2U atau 21 VGA tersebut dalam rack 42U. Dengan 4,2 kilo watt yang harus dididinginkan, panasnya kurang lebih sama dengan 3 buah hair dryer dengan kekuatan penuh.

Belum lagi bagi produsen yang akan memasangkannya di laptop. Tidak mungkin produsen melakukan desain ulang pendinginan laptop dalam waktu 6 bulan. Apalagi tiga minggu. Akhir kata, Fermi tampaknya akan menjadi masalah besar bagi Nvidia.

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Sony Corp Disomasi Balik Rabu Depan

Posted: 13 Mar 2010 05:23 AM PST

Raksasa elektronik Jepang, Sony Corp, akan disomasi balik Rabu depan, 17 Maret 2010. Bukan oleh Sony AK, tapi kumpulan praktisi internet yang berkonsolidasi dengan sejumlah kantor pengacara dan lembaga bantuan hukum.

Demikian diungkap salah satu praktisi internet, M. Salahuddien. Menurutnya, sudah ada beberapa kantor pengacara dan bantuan hukum yang mempelajari apa saja pasal tuntutan dan draft naskah semacam class action.

"Diperkirakan Senin besok (15/3) sudah siap. Kalau komunitas banyak yang setuju, Rabu (17/3) kita akan somasi balik Sony Corp," lanjut pria yang akrab dipanggil Didin Pataka ini kepada detikINET, Sabtu (13/3/2010).

Gugatan balik lewat jalur class action itu siap dilancarkan oleh para sahabat yang mendukung Sony AK. Sebab, apa yang dilakukan oleh sang teknoblogger dinilai tidak sedikit pun menyalahi aturan.

"Selanjutnya, untuk antisipasi serangan balik Sony Corp kita saat ini juga sedang melakukan inventarisasi "daftar dosa Sony Corp" di indonesia yang akan kita perkarakan juga satu per satu sampai Sony Corp minta maaf dan berhenti bersikap arogan," ketus Didin.

Ia pun tak luput menyindir representative Sony Corp di Indonesia, yang menurutnya, tak mampu segera merespon kasus ini dengan cepat. Padahal menurutnya, Sony Indonesia punya jalur khusus untuk emergency ke Sony Corp.

"Tanpa menunggu week end untuk melakukan klarifikasi, justru ini untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar peduli, bukan cuma lips service doang," ujar Didin. "Kalau mereka menghormati pasar di Indonesia, tentu mereka tidak segan membangunkan juragannya pukul 3.00 pagi saat week end sekali pun," lanjut dia.

Ihwal kasus ini bermula ketika Sony Arianto Kurniawan (sony-ak.com) disomasi oleh Sony Corp lantaran nama "Sony" yang melekat di situs pribadinya. Sony Corp takut, kalau-kalau situs dengan label "Sony" itu disalahgunakan dan bisa merusak merek dagangnya.

Sony AK yang menjadi korban pun dihadapkan dengan dua pilihan sulit: melepas nama "Sony" atau diseret ke meja hijau oleh Sony Corp. Namun Sony AK memilih untuk bertahan. Ia tidak sendirian, banyak pihak yang mendukung dia, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Kasus sengketa nama domain ini pun bergulir cepat bak bola salju, ketika para sahabat Sony AK membuat sebuah grup penggalang dukungan di Facebook dengan nama: "Sony, Jangan Renggut Nama Temanku!". Sejauh ini anggota grup itu sudah lebih dari 3500 orang.

"Kalau dukungan di Facebook terus berlanjut, habis long week end ini bisa meledak betulan, dan salah-salah benar ganti kena somasi si Sony Corp," sindir Didin, yang sehari-harinya menjabat sebagai Wakil Ketua lembaga pengawas internet ID-SIRTII.

 

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Blogger Diajak Gugat Class Action Sony Corp

Posted: 13 Mar 2010 03:13 AM PST

Somasi yang dilayangkan Sony Corp terhadap Sony AK membuat Heru Nugroho geram. Merasa dilecehkan, praktisi senior di industri internet ini mengajak komunitas blogger untuk menggugat balik lewat class action.

"Ini bukan lagi urusannya Sony AK saja, tapi sudah bentuk pelecehan terhadap blogger Indonesia. Kita dilecehkan banget," kata Heru berapi-api saat bercerita kepada detikINET, Sabtu (13/3/2010).

Menurutnya, Indonesia sebagai negara hukum harus berani menunjukkan wibawa dengan melakukan aksi perlawanan terhadap gugatan Sony Corp dengan menempuh jalur hukum pula.

"Gue saranin komunitas blogger Indonesia nuntut ke Sony Corp pakai mekanisme class action. Kita negara hukum, tempuh jalur hukum. Konkret, jangan cuma koar-koar saja. Kalau nggak ada yang mau, nanti gue yang nuntut," sungut Heru.

Ihwal kasus ini bermula ketika seorang teknoblogger Indonesia yang bernama Sony Arianto Kurniawan (sony-ak.com) disomasi oleh Sony Corp lantaran nama "Sony" yang melekat di situs pribadinya. Sony Corp takut, kalau-kalau situs dengan label "Sony" itu disalahgunakan dan bisa merusak merek dagangnya.

Sony AK yang menjadi korban pun dihadapkan dengan dua pilihan sulit: melepas nama "Sony" atau diseret ke meja hijau oleh Sony Corp. Namun Sony AK memilih untuk bertahan. Ia tidak sendirian, banyak pihak yang mendukung dia, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Kasus sengketa nama domain ini pun menggulir cepat bak bola salju, ketika para sahabat Sony AK membuat sebuah grup penggalang dukungan di Facebook dengan nama: "Sony, Jangan Renggut Nama Temanku!". Sejauh ini anggota grup itu sudah lebih dari 3000 orang.

Tak pelak, gelombang penolakan dan hujatan yang berseliweran di dunia maya, membuat pihak Sony Indonesia ikut ketar-ketir. Meski tak bisa berbuat apa-apa, pihak Sony Indonesia ingin kasus ini segera jernih seusai mendapat klarifikasi dari kantor pusat Sony di Tokyo, Jepang.

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION