Sabtu, 10 April 2010

Facebook Umumkan Pembatasan Update Status

Facebook Umumkan Pembatasan Update Status


Facebook Umumkan Pembatasan Update Status

Posted: 09 Apr 2010 11:26 PM PDT

VIVAnews - Meski update status merupakan salah satu fasilitas terpopuler yang ada di situs jejaring sosial Facebook, akan tetapi Mark Zuckerberg dan kawan-kawan telah memmbatasi jumlah karakter yang bisa dimasukkan saat pengguna akan melakukan update status.

Meski maksimal update status hanya 420 karakter, akan tetapi jumlah ini masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan Twitter yang membatasi jumlahnya hanya 140 karakter saja.

Pemberitahuan perubahan panjang status itu dikonfirmasikan oleh Facebook kemarin, yang mengabarkan keterangan itu pada pengembang aplikasi di jejaring sosial tersebut.

Berhubung Facebook belum berhasil mengatasi permasalahan, setiap update status yang menyertakan attachment akan diterbitkan sebagai berita biasa dan tidak dimasukkan sebagai update status di bagian atas profil pengguna.

Seperti VIVAnews kutip dari AllFacebook, 10 April 2010, walau pembatasan hanya 420 karakter ini sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu, akan tetapi Facebook baru kali ini mengumumkan batasan tersebut pada publik.

Pengguna sendiri diperkirakan banyak yang belum menyadari kapan batasan ini diterapkan, bagaimana batasan tersebut ditentukan serta mengapa angka batasannya adalah 420 karakter.

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

iPad Beredar, Pembajakan eBook Naik 78%

Posted: 09 Apr 2010 08:52 PM PDT

VIVAnews - Sepekan setelah diluncurkan, perangkat layar sentuh besutan Apple terbaru, yakni iPad, diperkirakan telah terjual sekitar 500 ribu unit. Berhubung penerbit buku menganggap perangkat akan mengancam pendapatan mereka, Torrentfreak mengamati trafik pembajakan eBook bersamaan dengan diluncurkannya alat itu. Hasilnya cukup mengejutkan.

Sebagai gambaran, hadirnya iPod di pasar menghadirkan perubahan signifikan di industri musik. Ketika iPod beredar tahun 2001, tidak ada toko online yang menjajakan lagu. Pada akhir dekade tersebut, penjualan musik digital telah jauh melampaui penjualan musik dalam bentuk fisik seperti kaset ataupun CD.

Untuk menentukan apakah iPad memiliki efek samping terhadap pembajakan eBook, Torrentfreak, seperti VIVAnews kutip, 10 April 2010, mengamati jumlah download dari satu minggu sebelum peluncuran iPad dan setelahnya.

Dengan membandingkan data dari dua sampel tersebut, sebelum dan sesudah, angka pengunduhan secara tidak legal terhadap eBook lewat BitTorrent naik rata-rata 78 persen. Adapun enam eBook yang paling banyak dibajak didownload jauh lebih banyak setelah iPad diluncurkan.

Meski pembajakan eBook naik 78 persen, jumlah download masih relatif kecil bila dibandingkan dengan pembajakan yang terjadi di industri musik dan film. Di industri ini, musik dan film populer dibajak lebih dari satu juta kali dalam satu minggu.

Angka pembajakan eBook yang masih rendah bisa disebabkan oleh belum banyaknya jumlah pengguna yang memiliki perangkat iPad ataupun pembaca eBook lainnya. Selain itu, belum banyak eBook bajakan yang beredar di Internet, dan membeli eBook lewat toko online masih lebih cepat dan nyaman dibanding mencari bajakannya.

Walau begitu, industri eBook tidak perlu terlalu khawatir karena faktor kenyamanan dan pengalaman pengguna akan menjadi nilai lebih yang bisa mereka tawarkan. Tidak seperti saat iPod diedarkan, tidak ada toko online yang menjual lagu. Satu-satunya cara mendapatkan lagu digital dengan mudah saat itu adalah lewat jaringan sharing file seperti Napster, misalnya.

Untuk itu, Torrentfreak menyebutkan, industri buku, khususnya eBook sebaiknya berusaha menghadirkan produk dan layanan terbaik dan terjangkau bagi pengguna. Biar sisanya iPad yang mengurus.

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Facebook Diminta Stop Rencana Sebar Data

Posted: 09 Apr 2010 06:40 PM PDT

VIVAnews - Ilse Aigner, Menteri perlindungan konsumen Jerman menyatakan kekhawatirannya seputar kebijakan privasi Facebook. Untuk itu ia menuliskan surat terbuka pada perusahaan pembuat situs jejaring sosial tersebut.

Aigner khawatir tentang pengumuman yang dilakukan Facebook baru-baru ini bahwa mereka akan melakukan perubahan dan memungkinkan situs itu membagi informasi pribadi dengan situs pihak ketiga yang 'disetujui' sebelumnya. Padahal, dari survey yang dilakukan Sophos, perusahaan spesialis pengamanan, 95 persen pengguna tidak menyetujui perubahan setting privasi yang akan dilakukan Facebook.

Penyebaran informasi ini memicu kekhawatiran pula di seluruh dunia maya. Dan melihat kenyataan bahwa perwakilan pemerintah sudah menyoroti permasalahan tersebut, tentunya Mark Zuckerberg perlu mempertimbangkan kembali rencananya.

"Saya sangat terkejut saat mengetahui bahwa, meskipun sudah banyak kritik dan kekhawatiran dari aktivis pengguna, Facebook masih akan mengendurkan peraturan keamanan data di jaringan mereka lebih lanjut," kata Aigner, seperti VIVAnews kutip dari AllFacebook, 10 April 2010.

"Jejaring sosial seperti Facebook menghubungkan jutaan pengguna di seluruh dunia, dan ini merupakan alasan pentingnya melindungi privasi pengguna," ucap Aigner.

Facebook sendiri sudah menyiapkan pembelaan. Mereka menyatakan bahwa pengguna bisa memilih untuk tidak membagikan data mereka. Meski demikian, secara default, data pengguna akan bisa diakses oleh situs pihak ketiga. Kecuali kalau pengguna menyadari hal ini dan mengubah setting privasi mereka.

Tanpa bermaksud bercanda, Aigner sendiri mengancam akan menutup akun Facebook pribadinya jika situs jejaring sosial itu tetap melangsungkan perubahan. Sayangnya, banyak pengguna di luar sana yang sudah mencoba berhenti berinteraksi di Facebook, namun gagal.

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

Bujet Akuisisi Telkom Rp 1 Triliun

Posted: 09 Apr 2010 06:04 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah ketatnya persaingan bisnis telekomunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih bisa membukukan pertumbuhan kinerja pada tahun lalu. Perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini meraup laba bersih Rp 11,3 triliun atau meningkat 6,7 persen dari tahun 2008.

Sedangkan total pendapatan TLKM meningkat 6,4 persen menjadi Rp 64,6 triliun. Bisnis seluler memberikan kontribusi paling besar terhadap total pendapatan TLKM. Nilainya mencapai Rp 27,2 triliun atau meningkat 7,4 persen dari tahun 2008. "Perolehan itu naik seiring dengan pertumbuhan pelanggan seluler sebesar 25 persen menjadi 81,6 juta pelanggan pada akhir 2009," ungkap Direktur Utama TLKM Rinaldi Firmansyah, di Jakarta, kemarin.

Pendapatan data, internet dan layanan teknologi informatika memberikan kontribusi hingga Rp 18,5 triliun atau tumbuh 25,8 persen di tahun lalu. Namun, kontribusi dari bisnis telepon tetap melorot 11,2 persen menjadi Rp 8,6 triliun. "Di sisi lain, kami berhasil melakukan banyak efisiensi di bidang pemasaran tanpa mengurangi kualitasnya," imbuh Rinaldi.

Manajemen TLKM menilai prospek bisnis telekomunikasi tahun ini masih cerah. Mereka mengalokasikan dana minimal Rp 1 triliun untuk melakukan akuisisi. Ini bagian dari anggaran belanja modal (capex) tahun ini sebesar 2 miliar dollar AS.

Selain dari dana internal, TLKM berencana menutup kebutuhan belanja modal dari pinjaman bank dan penerbitan obligasi. Rencananya, perusahaan pelat merah ini akan menerbitkan obligasi Rp 3 triliun. Sedangkan anak usahanya, PT Telkomsel, berniat merilis obligasi sebesar Rp 2 triliun. Selain untuk akuisisi, anggaran capex Telkom untuk membiayai pembangunan menara dan sarana infrastuktur lain.

Direktur Securinvest Andrian Rusmana menilali, laba bersih TLKM naik karena jumlah pelanggan meningkat dan rupiah menguat. Sehingga, mereka bisa mengurangi beban bunga utang dalam dollar Amerika Serikat (AS). "Dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi lain, Telkom memiliki modal paling besar. Jadi akan tetap survive," ujarnya.

Selain TLKM, PT XL Axiata Tbk (EXCL) merupakan perusahaan telekomunikasi yang berhasil membukukan kenaikan laba bersih rimenjadi Rp 1,71 triliun tahun lalu. Padahal, tahun sebelumnya EXCL merugi Rp 15,11 miliar. Sementara, PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) menderita penurunan laba bersih pada tahun 2009.

Adrian meramal, bisnis telekomunikasi ke depan tidak secemerlang tahun sebelumnya. "Yang pasti akan terlihat penurunan penambahan pelanggan baru," imbuhnya. Pesatnya persaingan bisnis telekomunikasi menyebabkan layanan dasar seperti telepon dan peran singkat (SMS) tidak lagi bisa diandalkan oleh perusahaan telekomunikasi.

Jika ingin tetap mencatatkan pertumbuhan, mereka harus lebih mengembangkan layanan konten dan multimedia. "Tapi, biaya investasinya besar," katanya.(KONTAN/Sofyan Nur Hidayat, Abdul Wahid Fauzie)

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION