Kamis, 24 September 2009

Intel Pamerkan Silikon 22nm

Intel Pamerkan Silikon 22nm


Intel Pamerkan Silikon 22nm

Posted: 23 Sep 2009 09:43 PM PDT

Seakan mau membuktikan bahwa 'Hukum Moore' belum basi, CEO Intel membuka Intel Developers Forum (IDF) 2009 dengan memamerkan silikon 22nm. Padahal, produk berbasis 32nm baru akan keluar.

Hal itu dilakukan CEO Intel, Paul S. Otellini, saat membuka Intel Developers Forum 2009, yang digelar di Moscone West, San Francisco, Amerika Serikat, 22-24 September 2009.

"Kami telah memulai produksi mikroprosesor 32nm pertama. Di saat yang sama, kami sudah mulai pengembangan 22nm dan telah membuat chip yang bisa bekerja," ujar Otellini yang disaksikan langsung oleh detikINET.

Silikon yang dipamerkan Otellini memang bukan mikroprosesor. Benda berupa piringan bulat mengkilap berukuran 12" itu merupakan chip SRAM alias Static RAM.

Membuat SRAM merupakan langkah pertama dalam proses manufakturing baru. Selain SRAM, chip tersebut juga mengandung sirkuit logic dan mixed signal.

Silikon 22nm itu, menurut Otellini, adalah bukti bahwa Intel dalam waktu tak terlalu lama akan menelurkan produk berbasis 22nm. Padahal, di saat yang sama, Intel mengumumkan bahwa produk berbasis 32nm akan mulai disebar pada kuartal terakhir 2009.

"Proses berbasis 22nm siap untuk mulai produksi pada paruh kedua 20100, sesuai dengan siklus dua tahunan kami. "Di Intel, Hukum Moore masih hidup dan berjaya," tukas Otellini.

'Hukum Moore' menyebutkan adanya siklus dua tahunan untuk meningkatnya kapasitas transistor. 'Hukum' ini telah menjadi sebuah tantangan bagi Intel untuk terus meningkatkan kemampuan mikroprosesor yang mereka produksi.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Ilmuwan AS Temukan Cumi-Cumi Raksasa di Teluk Meksiko

Posted: 23 Sep 2009 05:57 AM PDT

Washington (ANTARA/Reuters) - Beberapa ilmuwan AS di Teluk Meksiko secara tak terduga menjaring cumi-cumi raksasa yang berukuran 5,9 meter di lepas pantai Louisiana, kata Departemen Dalam Negeri AS pekan ini.

Departemen terseut memperlihatkan betapa sedikit yang diketahui mengenai kehidupan di perairan dalam di Teluk itu.

Baru pada 1954 lah, ketika satu cumi-cumi raksasa ditemukan mengambang dalam keadaan mati di lepas pantai Mississippi Delta, spesies langka tersebut dilihat di Teluk Meksiko.

Cumi-cumi itu, yang berbobot 46,7 kilogram, tertangkap pada 30 Juli di jaring pukat lebih dari 1.500 kaki di bawah permukaan air, sewaktu spesies tersebut ditarik ke luar dari air oleh satu kapal penelitian.

Cumi-cumi raksasa, yang tak dapat bertahan hidup pada perubahan cepat di kedalaman air ketika dibawa ke permukaan, diawetkan dan dikirim ke National Museum of Natural History, Smithsonian Institution, untuk diteliti lebih lanjut.

Para ilmuwan di kapal penelitian tersebut --dari National Oceanic and Atmjospheric Administration dan Mineral Management Service di Departemen Dalam Negeri-- ikut dalam satu studi perdana mengenai makanan ikan paur sperm.

"Sewaktu jaring kapal pukat keluar dari air, saya dapat melihat bahwa kami menangkap sesuatu yang besar ... sangat besar," kata Anthony Martinez, ilmuwan mamalia laut di National Oceanic and Atmospheric Administration dan pemimpin ilmuwan di kapal penelitian tersebut, dalam satu pernyataan.

Sisa cumi-cumi raksasa telah ditemukan di dalam perut pemangsanya di perairan Teluk Meksiko, Karibia dan Florida Keys jadi para ilmuwan menyadari keebadaan cumi-cumi itu di Teluk.

Cumi-cumi tersebut, yang ditemukan oleh para peneliti itu, penting karena spesies tersebut sulit ditangkap, sehingga masih banyak yang perlu dipelajari mengenai spesies itu.

Michael Vecchione, Direktur National Systematics Laboratory di Fisheries Servic di NOAA, mengatakan cumi-cumi tersebut adalah tambahan penting bagi studi mengenai cumi-cumi di seluruh dunia.

"Temuan ini menggambarkan betapa sedikit yang kita ketahui mengenai apa yang berenang di sekitar perairan dalam di Teluk Meksiko," katanya.

Cumi-cumi raksasa, yang dapat mencapai panjang 40 kaki, biasanya ditemukan di perairan dalam seperti di lepas pantai Spanyol dan Selandia Baru.

"Ini adalah untuk pertama kali satu cumi-cumi benar-benar telah ditangkap selama penelitian ilmiah di Teluk Meksiko," katanya.

Studi perdana gabungan NOAA-MMS yang bertanggung jawab atas temuan tersebut adalah bagian dari studi dua tahun dengan dana 550.000 dolar AS guna memastikan sangat banyak dan beragamnya jenis ikan dan cumi-cumi yang dicari ikan paur sperm sebagai mangsanya.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Google-book Melabrak UU Antimonopoli AS

Posted: 23 Sep 2009 01:09 AM PDT

VIVAnews – Draf kesepakatan senilai US$125 juta atau sekitar Rp.1,25 triliun, yang akan membuat Google Inc. menguasai hak digital atas jutaan buku yang tak lagi diterbitkan, akan dinegosiasikan ulang terkait sinyalemen Departemen Kehakiman AS bahwa perjanjian itu bisa melabrak UU antimonopoli, demikian dinyatakan sejumlah pengacara yang terlibat dalam perkara ini, Selasa kemarin (22/9).

Sebagaimana tertera dalam berkas pengadilan, tim pengacara Authors Guild, Asosiasi Penerbit Amerika, dan pihak penggugat lain menyatakan bahwa mereka dan Google telah bertemu para pejabat senior Departemen Kehakiman Kamis lalu dan sepakat untuk berkerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

Perkara ini menyangkut rencana Google untuk memindai jutaan buku dan membuatnya bisa dicari dan dibeli secara online. Dalam perjanjian ini, pihak penerbit dan penulis akan mendapatkan bagian terbesar dari hasil penjualan buku-buku yang untuk saat ini masih berada di bawah payung perlindungan paten. Google mengatakan layanan itu justru akan merevitalisasi karya-karya tulis yang terancam akan terlupakan.

Dalam sebuah sesi brifing pekan lalu, pihak Departemen Kehakiman telah menyampaikan kepada hakim pengadilan distrik Denny Chin bahwa kesepakatan ini berpotensi memberi kekuasaan kepada Google untuk menaikkan harga buku dan melemahkan iklim kompetisi. Tapi di sisi lain mereka juga mengatakan bahwa, jika direvisi, perjanjian itu bisa memenuhi persyaratan yang ditetapkan UU hak cipta dan antimonopoli AS.

Pemerintah mendorong perjanjian itu agar diperbaiki dan menyatakan "kesepakatan itu berpotensi untuk memberi nafas kehidupan baru bagi jutaan karya yang sekarang sulit diakses publik."

Tertera dalam berkas pengadilan, Selasa kemarin tim pengacara pihak penulis dan penerbit mengatakan, "sebagaimana dinyatakan pemerintah AS, tak ada pihak manapun yang ingin kehilangan peluang atau momentum ini."

Mereka mendesak Chin untuk menunda sidang hingga 7 Oktober mendatang dan menyatakan bahwa sebuah draf kesepakatan baru akan mencoba mengeliminir sejumlah keberatan yang mencuat dari 400 butir argumen yang masuk yang telah diberkas pengadilan awal bulan ini.

Tim pengacara mencatat bahwa tanggapan yang masuk meliputi ratusan keberatan dari sejumlah perorangan dan perusahaan. Selain itu, juga ada keberatan dari pemerintah Jerman dan Prancis dan jaksa penuntut umum negara bagian Connecticut, Kansas, Missouri, Pennsylvania, Texas, dan Washington.

Saingan Google, Amazon.com Inc. dan Microsoft Corp., juga menentang kesepakatan ini.

Juru bicara Google Gabriel Stricker membenarkan hal itu dan menyatakan dalam e-mailnya bahwa mereka "tengah mempertimbangkan berbagai isu yang diangkat Departemen Kehakiman dan pihak lain, dan kami akan mencari solusinya seiring berjalannya proses persidangan."

Consumer Watchdog, LSM pembela hak-hak konsumen di AS yang juga meminta pengadilan untuk menolak perjanjian itu, dalam statemen mereka ke pengadilan mengatakan bahwa hak cipta yang menjadi isu kunci harus diselesaikan di lantai Kongres dalam sebuah forum yang terbuka untuk publik.

"Intinya, Google dan pihak penulis dan penerbit kini kembali ke titik nol dan harus menegosiasikan ulang kesepakatan itu," kata John M. Simpson, advokat hak-hak konsumen dari Consumer Watchdog yang juga merupakan satu dari delapan saksi yang telah didengar keterangannya tentang kesepakatan ini di Komisi Hukum DPR AS.

Direktur Eksekutif Authors Guild Paul Aiken mengatakan mereka ingin mencari jalan keluar bagi masalah ini. Meski demikian, mereka tetap hakulyakin bahwa kesepakatan dengan Google "menawarkan jalan terbaik untuk membuat jutaan buku yang tak lagi diterbitkan bisa tetap diakses pembaca, mahasiswa, dan cendekiawan dan membuka pasar baru bagi kalangan penulis buku."

Perjanjian ini diumumkan oleh Google dan pihak penerbit pada Oktober tahun lalu dengan tujuan untuk mencari kesepakatan damai dari dua gugatan hukum yang dilayangkan berkait rencana Google memindai buku-buku itu (sumber: AP). 



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION