Rabu, 23 September 2009

Baidu Terus Dominasi China, Google Tersungkur

Baidu Terus Dominasi China, Google Tersungkur


Baidu Terus Dominasi China, Google Tersungkur

Posted: 22 Sep 2009 03:25 AM PDT

VIVAnews – PANGSA Google di pasar pencarian online di China terus melorot tahun ini. Diperkirakan, tren ini akan berlangsung terus seiring kian populernya Baidu—mesin pencari lokal dari China—di kalangan pengguna Web baru di negeri ini, demikian dinyatakan sebuah laporan yang dirilis pemerintah, Senin petang (21/9) kemarin.

Google, yang sedang terus berupaya mencuri pangsa pasar rival lokal mereka, Baidu, hanya menjadi search-engine utama bagi sekitar 12,7 persen pengguna pada akhir bulan ini. Dilaporkan lembaga registrasi domain di China, China Internet Network Information Center, angka ini merosot 3,9 persen-poin dari tahun lalu. Sementara itu, Baidu masih digdaya mengontrol 77,2 persen pasar atau mengalami kenaikan 0,3 persen-poin.

Laporan itu juga menyatakan, dibanding para pengguna Baidu, pengguna Google juga cenderung mudah berpindah ke mesin-pencari lain.

"Google bukan merupakan pilihan utama bagi pengguna baru Internet," demikian dinyatakan dalam laporan itu. "Seiring jumlah pengguna Internet bertumbuh dengan pesat, pengguna Baidu juga akan terus bertambah."

Hanya 6 persen dari pengguna mesin-pencari di China pernah mencoba Bing, mesin pencari baru yang diluncurkan Microsoft. Meski demikian, besarnya basis pengguna Internet Explorer dan Windows Live Messenger diperkirakan akan dapat mengerek naik angka itu. Internet Explorer sejauh ini masih menjadi browser yang paling umum digunakan di China, dan Windows Live Messenger adalah piranti lunak chat terpopuler di kantor dan kafe-kafe Internet di China.

Tingkat pertumbuhan pengguna Internet di China luar biasa. Di awal tahun ini, jumlah pengguna Internet di Negeri Tiongkok bahkan tercatat telah melebihi populasi AS atau mencapai 338 juta. Meski demikian sebagian besar penduduk China yang kini mencapai 1,3 miliar jiwa lebih, masihlah offline, dan sebagian besar pengguna baru Web berasal dari wilayah yang kurang maju dan terletak jauh dari wilayah China yang kaya-raya. Google--yang saat ini banyak digunakan warga China untuk mencari berbagai materi berbahasa Inggris atau yang terkait dengan pekerjaan mereka--kurang populer di kalangan pengguna baru itu.

Google lebih populer di kalangan pengguna Internet menengah ke atas. Sementara itu, Baidu menjadi pilihan utama bagi para pengguna yang ingin mencari berbagai fitur hiburan, seperti mengunduh musik atau mencari video.

Untuk menyaingi Baidu, tahun ini Google meluncurkan layanan untuk mengunduh musik gratis yang mereka tawarkan hanya di China. Layanan ini tampaknya berhasil menarik kaum muda China. Meski demikian, para pengguna melaporkan mereka kurang puas dengan pencarian musik Google dibanding mesin pencari lain. Hanya satu dari tiga pengguna Google menyatakan pernah mengakses layanan pencari-musik gratis ini. Sementara itu, hampir tiga dari empat pengguna mengaku menggunakan fitur sejenis di Baidu.

Sementara itu, Yahoo hanya menjadi pilihan utama bagi 1,6 persen pengguna di China. Angka ini tak bergerak dibanding figur akhir tahun lalu. Yahoo saat ini bersaing dengan sejumlah mesin pencari lokal untuk memperebutkan kue yang tak dilahap Google dan Baidu (sumber: IDG News Service | YahooNews).



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Kenapa China Perlu Memberangus Twitter

Posted: 21 Sep 2009 10:47 PM PDT

VIVAnews – Di China, Twitter dan situs jejaring sosial sedang tumbuh menjadi alat perubahan sosial yang mengancam kemapanan rezim Komunis. Tak heran jika pemerintah China kerap bersikap represif terhadap Facebook, Twitter, dan berbagai situs jejaring sosial lainnya. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, menjelang peringatan besar-besaran HUT ke-60 Republik Rakyat China pada 1 Oktober mendatang, pemerintah memberlakukan sistem pengamanan ekstra ketat, termasuk memblokir sejumlah situs jejaring sosial semacam Facebook dan Twitter.

Sejumlah LSM di China belakangan ini mulai menggelar berbagai kursus di Beijing untuk melatih jurnalis-warga (citizen-journalists) menggunakan Twitter dan media-baru lainnya untuk melaporkan liputan mereka.

Salah satu pembicara utama di kursus-kursus ini adalah Twitterati China terkemuka, Zhou Shuguang, yang selama ini dikenal di dunia maya dengan nama Zola. Zola menjelaskan, saat melaporkan isu-isu politik sensitif, Twitter bukan hanya alat liputan yang bagus tapi juga bisa melindungi dia jika tiba-tiba ditahan aparat keamanan.

"Jurnalis-warga biasanya akan melaporkan kapan dan di mana mereka mengunggah laporan terakhir," dia menjelaskan. "Jika mereka mendapat masalah, maka netizen atau wartawan dapat melacak keberadaan mereka berdasarkan jejak digital itu."

Pembicara lain di kursus ini adalah Ma Xiaolin. Dia adalah mantan koresponden luar negeri untuk Kantor Berita Xinhua dan sekarang memimpin Bolianshe, aliansi para blogger di China.

Dia mengatakan situs jejaring sosial punya kekuatan besar, meski nilai pentingnya selama ini telah kelewat dilebih-lebihkan menyusul kolapsnya berbagai media tradisional. "Media tradisional mulai tersingkir dari arena. Mereka gagal memenuhi apa yang seharusnya menjadi peran dan tanggung jawab sosial mereka. Kalau mereka tidak bisa memenuhinya dengan baik, maka yang lain akan melakukannya." 

Beberapa tahun belakangan ini, di China situs jejaring sosial telah memainkan peran yang signifikan dalam melaporkan berbagai berita sensitif seperti korupsi pejabat pemerintah dan kerusuhan sosial. Karenanya, media tradisional pun mulai gerah dibuatnya. China Central Television, sebagai contoh, sedang merancang perombakan besar-besaran atas program berita petangnya yang selama bertahun-tahun menjadi primadona. Koran utama Partai Komunis, People's Daily, menambah jumlah halaman mereka, dari 16 menjadi 20, untuk memperluas daya jangkau liputan.

Namun demikian, ketika terjadi konflik berdarah antara suku minoritas Uighur dan mayoritas Han di barat Provinsi Xinjiang pada 5 Juli 2009, akses Twitter dibatasi pemerintah. Situasi ini kontras dengan yang terjadi di Iran, di mana Twitter menjadi salah satu media terpenting untuk mengabarkan hasil pemilu Iran ke luar negeri. 

Ismael An, seorang tweeter muda di China Timur dan warga minoritas Muslim Hui, mengatakan, "Sepertinya Xinjiang masih berada di balik tirai bambu," katanya. "Setelah koneksi Internet diputus, penduduk jadi jauh lebih sulit untuk membuat suara mereka didengar dunia luar."

Kantor berita pemerintah, Xinhua, melaporkan kerusuhan itu hanya berselang beberapa jam saja--jauh lebih cepat dari ritmenya selama ini dalam melaporkan insiden serupa. Keesokan harinya, pemerintah memutus semua jaringan Internet di Provinsi Xinjiang, terkecuali di press-center yang dipenuhi wartawan asing dan domestik. Pemerintah berdalih mereka berupaya mencegah kawanan penjahat dan perusuh memanfaatkan internet untuk mengorganisir aksi mereka. Polisi belakangan memeriksa Ismael berkaitan tulisan-tulisannya yang mendukung warga Uighur.

"Mereka bilang blog saya telah menghasut kebencian rasial," Ismael mengungkapkan. "Saya kira ini tuduhan mengada-ada. Pemerintah menciptakaan tabu untuk membicarakan masalah etnis minoritas dan melarang saya membahas suku saya maupun saudara-saudara Muslim saya."

Sepanjang kerusuhan itu, China memblokir berbagai situs jejaring sosial seperti YouTube, Facebook, termasuk Twitter. Sejumlah situs serupa yang berasal dari China juga telah dipaksa mematikan mesin mereka untuk sementara waktu di bawah ancaman hukuman berat.

Pertengahan Juli lalu, salah satu situs micro-blogging China bernama Jiwai masih beroperasi. Dalam bahasa China, Jiwai berarti percakapan. CEO-nya, Li Zhuohuan, menjelaskan bahwa situsnya menjadi begitu populer karena Jiwai menggunakan bahasa China dan pengguna bisa posting dengan menggunakan SMS dan instant messages via layanan seluler lokal—dua kelebihan yang belum dimiliki Twitter pada Juli lalu.

"Orang China menggunakan SMS melalui telepon seluler mereka dalam jumlah dan frekuensi yang sangat tinggi," kata Li. "China juga memiliki jumlah besar pengguna QQ, piranti lunak instant-messaging."

Li menjelaskan tiap posting di Jiwai dibatasi 140 karakter. Tapi, 140 huruf China bisa menggambarkan makna bahasa dua atau tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan tulisan dalam bahasa Inggris. Li menambahkan, untuk saat ini, kebanyakan penggunanya masih memanfaatkan Jiwai untuk bertukar konten hiburan. Dia berharap di masa mendatang Jiwai akan punya peran sosial yang lebih signifikan. "Saya berharap di masa mendatang, pemerintah kami akan mengakui media ini atau bahkan mulai mendukung dan menggunakannya."

Para pemimpin China tentu suka menjelajahi Web, tapi sementara ini mereka tampaknya belum gemar tweeting (sumber: Time, NPR.org).



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

China Blokir Facebook dan Twitter

Posted: 21 Sep 2009 08:19 PM PDT

VIVAnews – Menjelang peringatan besar-besaran HUT China ke-60 pada 1 Oktober mendatang, pemerintah memberlakukan pengamanan mahaketat di Beijing. Pemerintah kini keras mengharamkan berbagai aksi protes dan kritik terhadap pemerintah. Kontrol terhadap internet diperketat. Bahkan, sebagaimana dilaporkan Majalah Time, Facebook dan Twitter kini telah total diblokir di seantero Negeri Tirai Bambu.

Tak cuma itu, warga bahkan juga dilarang untuk datang ke ibu kota untuk menyampaikan petisi guna mengadukan berbagai persoalan di berbagai provinsi di luar Beijing.

Peringatan HUT China ke-60 ini rupanya sakral betul. Standar pengamanan yang diambil bahkan jauh lebih ketat ketimbang saat penyelenggaraan Kongres Partai Komunis atau Olimpiade Beijing tahun lalu.

Pada 1 Oktober nanti sebuah parade militer yang kolosal dan spektakuler akan digelar di Lapangan Tiananmen—melibatkan 200 ribu tentara, ribuan pelajar dan warga sipil. Pakar militer menyatakan China juga akan melakukan unjuk kekuatan besar-besaran dengan menggelar armada militer mereka yang tercanggih—meliputi jet tempur dan arsenal rudal balistik model terbaru. 

Juli lalu, menyusul kerusuhan di Provinsi Xinjiang, pemerintah China juga memblokir secara total jaringan Facebook, Twitter, Blogspot, Wordpress, dan Youtube. Adapun Flickr dan Wikipedia hanya diblok sebagian saja. Kantor Berita Xinhua menyatakan pemutusan ini ditujukan untuk mencegah koordinasi antar demonstran (sumber: Time, examiner.com).



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION