Kamis, 04 November 2010

Jakarta "Education Festival" 2010 Suguhkan Berbagai Atraksi

Jakarta "Education Festival" 2010 Suguhkan Berbagai Atraksi


Jakarta "Education Festival" 2010 Suguhkan Berbagai Atraksi

Posted: 03 Nov 2010 09:05 PM PDT

Jakarta (ANTARA) - Jakarta "Education Festival" 2010 yang digelar 3-7 November 2010 di Balai Sidang Jakarta, membuat gebrakan dengan mengusung tema berbeda setiap hari dan penampilan spesial dari para peserta.

Acara yang baru pertama kali diselenggarakan itu melibatkan 97 institusi pendidikan nasional plus se-Jabodetabek dan industri pendukung pendidikan seperti penerbitan, hingga lembaga kursus bahasa asing, kata Project Officer Jakarta Education Festival, Febrianto Kurniawan, di Jakarta, Kamis.

"Kami mengundang sejumlah sekolah nasional plus untuk bergabung dalam pameran ini, tujuannya adalah untuk ajang promosi dan membagi informasi tentang kurikulum internasional yang diterapkan di sekolah-sekolah tersebut," ujarnya.

Selain membuka anjungan, peserta pameran juga menyuguhkan berbagai atraksi untuk menarik pengunjung seperti pertunjukan musik dari para siswa, games, kuis, sulap, hingga "talkshow", ujarnya.

Pameran pendidikan biasanya hanya berlangsung dua hari dan berskala lokal, tapi dalam kesempatan ini, pihaknya menawarkan skup yang lebih besar dan lebih atraktif, mulai dari pra-sekolah sampai tingkat SMA.

"Di Indonesia, pameran yang dijadikan patokan nasional adalah yang diselenggarakan di Balai Sidang Jakarta," tambahnya.

Ia mengaku bahwa pihaknya menyasar para orang tua muda yang peduli terhadap pendidikan dan tengah mencari sekolah untuk anak.

"Kami menargetkan 20.000 pengunjung, yang mana akan didominasi oleh orang tua dan anak-anak," ungkapnya.

Menurutnya, sekolah merupakan fondasi penting bagi pendidikan anak selanjutnya.

Acara yang merupakan kerja sama Dyandra Promosindo dengan kesekolah.com, ANPS Bertaraf Internasional dan Sampoerna Foundation ini melibatkan sejumlah sekolah ternama seperti Binus International, Wallstreet Institute, Sekolah Cikal hingga Home Schooling Kak Seto.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.



image

Toshiba Tingkatkan Kapasitas Produksi LCD TV

Posted: 03 Nov 2010 04:18 PM PDT

VIVAnews - PT.Toshiba Consumer Product Indonesia mentargetkan dapat memproduksi televisi LCD dari 600 ribu menjadi 1 juta unit per tahun pada 2010. Penggenjotan kapasitas produksi untuk memenuhi Ekspor TV LCD Toshiba yang mencapai 80 persen dari kapasitas produksi, di mana ekspor tertinggi untuk Timur Tengah dan Asean.

Presiden Direktur PT.Toshiba Visual Network, Hisao Ishiyama menjelaskan dalam kurun tiga tahun terakhir penjualan LCD TV di Indonesia dan seluruh dunia meningkat pesat. Toshiba menggenjot produksi LCD TV untuk bersaing dengan para kompetitor LCD TV lainnya di Indonesia seperti LG dan Samsung.

"Setelah masa krisis 2008 terlewati, penjualan produk Toshiba meningkat dan akan menuju nomor 1 pada 2012," kata Hisao Ishiyama di Jakarta, 4 November 2010.

Quality Expert Department Manager, Uus Syamsu menjelaskan jumlah rata-rata produk yang diekspor Toshiba mencapai 453 ribu unit pada semester I 2010. Beberapa negara tujuan ekspor antara lain Jepang, Timur Tengah, Australia, Malaysia, Singapura, Hongkong, Thailand dan India.

Untuk menggenjot produksi, Toshiba telah menambah jalur produksi menjadi 6 lini. Setiap lini mampu mengahasilkan 1000 unit LCD TV per hari. Dengan menambah jalur produksi maka diharapkan target kapasitas produksi dapat menembus melebihi 1 juta unit per tahun.

"Semester I 2010 kita sudah memproduksi 453 ribu unit, dan hingga akhir tahun kita genjot hingga melebihi dua kali lipatnya," ucapnya.

Untuk kandungan komponen lokal dalam satu unit LCD TV Toshiba masih rendah. 45 persen komponen televisi LCD masih impor dari China sedangkan muatan lokalnya hanya 21,2 persen. Sedangkan untuk panel LCD sendiri, Toshiba masih impor dari Taiwan dan Korea.

"Khusus panel LCD 59 persen impor dari Korea dan 41 persen dari Taiwan," katanya.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.



image

Menanti Printer yang Ramah Lingkungan

Posted: 03 Nov 2010 07:29 AM PDT

KOMPAS.com - Hari Rabu (3/11), pameran teknologi informasi (TI) yang diklaim terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, dibuka. Berbagai produsen bidang TI pun menawarkan berbagai produk terbaik dan unggulannya. Fuji Xerox Printer Channel pun, melalui dua distributornya, PT Astragraphia dan PT Harrisma, tak ketinggalan mengikuti pameran tersebut.

Namun, Country Sales Manager Fuji Xerox Indonesia, Teddy Susanto di Jakarta, Rabu, memastikan, printer produk unggulan perusahaannya belum bisa tampil pada pameran itu. Padahal, bukan berarti Fuji Xerox Printer Channel tak memiliki produk baru yang bisa diunggulkan.

Namun, seperti disampaikan General Manager Fuji Xerox Printer Channel Asean, Vincent Sim di Yokohama, Jepang, pekan lalu, produk unggulan mereka, berupa printer dan toner (tinta) baru akan diluncurkan akhir tahun ini.

Walaupun demikian, pekan lalu di depan wartawan dari kawasan Asia dan Pasifik, termasuk dari Indonesia, Presiden Fuji Xerox Tadahito Yamamoto dan Presiden Fuji Xerox Printer Channel James Henderson telah memperkenalkan, produk unggulan baru mereka, yaitu printer yang berbasiskan teknologi Selfscanning Light Emitting Device (SLED) dan EA-Eco Toner. Printer berbasis SLED adalah pengembangan dari printer berbasis LED yang sudah dikembangkan untuk produk high end sejak akhir 2007.

James mengakui, Fuji Xerox memang bukan yang pertama mengembangkan printer dengan basis LED. Namun, untuk printer dengan berbasiskan teknologi SLED, mereka adalah yang pertama. Bahkan, pada akhir tahun ini, printer berbasis SLED itu akan diproduksi pula untuk low end, sehingga pasarnya bisa lebih luas, termasuk untuk kepentingan keluarga dan usaha kecil. Tak terbatas pada industri, yang selama ini adalah pasar untuk produk printer high end.

Printer berbasis SLED diunggulkan, bukan hanya karena bentuknya lebih ringkas dibandingkan pendahulunya yang berbasis LED, melainkan juga karena lebih hemat dalam pemakaian energi listrik dan tidak berisik. Suaranya lebih halus. Komponen dari printer ini juga menggunakan bahan-bahan yang bisa didaur ulang, sehingga amat ramah lingkungan.

Printer yang ramah lingkungan inipun dipadukan dengan toner baru, yang juga ramah lingkungan. Fuji Xerox di Yokohama juga memperkenalkan toner baru ini, yang diklaim lebih rendah emisi karbonnya dibandingkan toner konvensional, pulverized toner.

Dari kajian perusahaan patungan Jepang dan Amerika Serikat itu, untuk penggunaan di bidang manufaktur, emisi karbon dari EA-Eco Toner lebih rendah 35 persen dibandingkan toner konvensional. Tingkat pemakaiannya pun lebih rendah 24 persen dibandingkan pulverized toner. Jika EA-Eco Toner dipakai di bidang percetakan, emisi karbon yang dikeluarkannya lebih rendah sekitar 25 persen dibandingkan toner konvensional.

EA-Eco Toner memang akan menjadi pasangan yang tepat bagi printer berbasis SLED, terutama jika konsumen memang peduli dengan lingkungan. Namun, menurut James, bukan berarti Fuji Xerox akan meninggalkan printer berteknologi lama, seperti laser printer yang selama ini dikembangkannya. Printer lama itu tetap diproduksi, sebab wajib hukumnya memberikan pilihan bagi konsumen. Biarlah konsumen yang memilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Namun, jika diluncurkan pada akhir tahun ini, printer berbasis SLED diupayakan tak terlalu mahal harganya. Fuji Xerox mematok harga tak lebih dari 400 dollar Amerika Serikat (AS), sehingga bisa bersaing dengan produk lainnya. Indonesia, jelas Vincent, akan menjadi salah satu negara pertama tempat peluncuran printer ramah lingkungan itu. Karena, pasar printer di Indonesia masih menjanjikan. Jadi, kita tunggu saja... (Tri Agung Kristanto)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.



image

Jika Sebuah Komputer Berupa Pena

Posted: 03 Nov 2010 01:06 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.COM - Gagasan di dunia IT selalu muncul dari pencermatan terhadap cara hidup manusia. Bagaimana aktivitas manusia itu menjadi lebih mudah dan gampang. Menulis misalnya, yang digantikan oleh mengetik, lalu muncul PC untuk texting. Lalu, apakah semua orang kemudian harus menggantikan kebiasaannya dari menulis dengan pena menjadi mengetik dengan komputer?

Ternyata tidak. Sebuah riset yang digelar oleh Livescribe, sebuah perusahaan penyedia produk inovatif dari Oakland, Kalifornia, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa konsumen sample yang menyatakan setuju untuk meninggalkan menulis dengan pena ke komputer sebesar 72 persen. Sementara yang 28 persen menyatakan tidak.

Akibatnya konsumen jumlah terakhir ini terus-menerus amat tergantung dengan kertas, pena, dan tinta. Mereka seolah menjadi bagian yang tersingkirkan dari kemajuan teknologi. Nyatanya tidak. Lewat pencermatan terhadap kebutuhan konsumen ini yang lalu dikorelasikan dengan teknologi informasi yang efektif dan efisien, meluncurlah gagasan membuat produk pena yang menolong semua aktivitas penyuka pena tradisional itu. Seperti, mengkopi dan menyimpan data tulisan dan gambarnya dengan tampilan asli ke dalam bentuk media digital. Teks hasil corat-coret itu lalu bisa dikonversikan ke teks komputer umumnya macam Words. Sedangkan sketsa atau corat-coret tampilan asli dikemas ke format PDF.

Pena itu juga bisa bertugas merekam pembicaraan, yang biasanya susah untuk dicatat oleh tangan. Pena cukup menuliskan poin (seperti angka) untuk penanda. Begitulah ponsel pintar (smartpen) itu diluncurkan secara resmi di Jakarta oleh distributornya, eStore yang selama ini kita kenal sebagai distributor resmi produk-produk Apple.

Pena elektronik yang oleh Mike Lim, perwakilan dari Livescribe, disebut-sebut lebih pintar ketimbang MontBlanc. "Misi Livescribe adalah untuk meningkatkan pengambilan data, akses dan berbagi informasi baik lisan maupun tulisan sehingga meningkatkan komunikasi, kolaborasi, produktivitas, dan pembelajaran," ujar Jim Marggraff, CEO dan founder Livescribe.

Menjajal smartpen dengan brand Echo ini seperti berada pada dua dunia, dunia masa lalu dan dunia maya. Dunia maya, sebab semua file ketika telah terpindahkan ke komputer bisa segera dibagikan, entah melalui email, atau bahkan dikirimkan ke Facebook, Twitter, dan blog atau social network lain dalam bentuk image atau audio. 

Mike benar. Pena ini adalah komputer supermini. Di dalamnya terdapat prosesor ARM 9 dan sebuah layar OLED 96 x 18 pixel. Sebuah ruang penyimpanan memori berukuran 4 GB atau 8GB (ada dua pilihan). Speaker dan mikrofon layaknya alat perekam. Port mikroUSB untuk kebutuhan koneksi isi ulang baterai maupun pemindahan data. Lantas seberapa besar pena digital satu ini?

Panjang cuma 15,8 cm dan berat 36 gram dengan separuh bagian ujung terlapisi oleh karet agar nyaman digunakan. Pena tentu saja tetaplah pena tinta umumnya. Sementara landasan yang digunakan bak kertas biasa saja, hanya memang memiliki spesifikasi khusus. Notes bernama dot paper starter notebook ini dilengkapi dengan kertas layaknya buku agenda, ikon-ikon menu, juga kalkulator, serta menu utama seperti cek baterai, cek memori.

Perangkat ini didukung oleh baterai jenis lithium ion (rechargeable) dan mampu bertahan untuk pemakaian tinggi sampai lima jam. Sebuah port audio 3,5 mm memungkinkan untuk mengalirkan audio ke earphone.

Sebuah demo yang diperagakan oleh Mike menunjukkan bagaimana fungsinya pun bertambah menjadi semacam perangkat penulisan not lagu. Nada diatonik pun keluar dari speaker ketika pena menekan kotak-kotak yang telah dibuat di notebook.

Mike juga mendemokan, bahwa pena ini berkonvergensi dengan iPhone, bahkan kelak menyusul iPad. File-file yang terdapat di pena dalam bentuk apapun kemudian dikirim ke aplikasi bernama Pencast. Di sinilah pengguna bisa membuka, menyebarkan, atau melakukan apapun terhadap data buatannya.

Produk yang telah dijual di eStore ini ditawarkan dalam dua pilihan berdasarkan kemampuan simpan memorinya. Pena 4 GB seharga Rp 1.750.000,- dan pena 8 GB sebesar Rp 2.500.000,- Paket komplet terdiri dari pena, earphone, starter notebook, kabel microUSB, dua tinta pena, dan dua pen caps. Ada beberapa peralatan optional yang dijual, salah satunya Journal Line seharga Rp 350.000,-. 

Siapa sasaran pembelinya?

Mike menyebut arsitek, wartawan, pembuat sketsa, atau siapapun yang masih gemar corat-coret di kertas dengan pena. Anda mungkin. (ANDRA/FORSEL)

 

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.



image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION