Selasa, 23 November 2010

FOTO: Misteri Batu Berjalan di California

FOTO: Misteri Batu Berjalan di California


FOTO: Misteri Batu Berjalan di California

Posted: 22 Nov 2010 11:56 PM PST

VIVAnews - Pernah dengar misteri batu meluncur atau batu berjalan? Ya, batu berjalan menjadi salah satu misteri yang paling menarik dari Death Valley National Park, tepatnya di danau kering Racetrack Playa, California-AS. Batu berjalan itu dapat ditemukan dengan mudah di permukaan Playa dengan jejak panjang di belakangnya.

Bagaimana mereka dapat bergerak atau berpindah masih menjadi misteri besar di benak para peneliti. Pasalnya, batu yang berjalan tidak hanya batu kecil yang mudah tertiup oleh angin. Ada beberapa batu besar dengan berat ratusan kilogram yang juga turut "jalan-jalan".

Pertanyaan besar yang tentu saja akan muncul kemudian: bagaimana cara mereka bergerak? Ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti. Mengapa fenomena ini menjadi misteri? Karena, tidak ada satu orang pun yang pernah melihat ia berjalan.

Lihat foto-fotonya di sini.

Sampai hari ini, faktanya adalah tidak ada seorang atau satu organisasi pun yang mengetahui bagaimana batu-batu itu bisa berpindah tempat, meski beberapa orang sudah mempunyai penjelasannya masing-masing menurut nalar. Menarik untuk disimak.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.



image

Mahasiswa Stanford Terbang di Gravitasi Nol

Posted: 22 Nov 2010 11:22 PM PST

VIVAnews - Peneliti dari Stanford University baru saja menyelesaikan uji coba pertamanya terbang di gravitasi nol. Uji coba itu dilakukan di kanopi CubeSats, satelit kecil yang mengemudikan roket pengantar satelit besar ke orbit yang yang ditentukan.

Tujuan uji coba ini adalah untuk mengumpulkan data sekaligus mempelajari tentang apa yang terjadi ketika batu-batu kecil meteoroid menabrak satelit saat meluncur di luar angkasa. Pasalnya, tabrakan antara satelit dan meteoroid sering melumpuhkan peralatan elektronik satelit di luar angkasa.

Para peneliti menganggap pengawasan dari kanopi bisa menjadi langkah pertama dengan membuat semacam "kotak hitam" bagi satelit yang aka diluncurkan. Sama halnya dengan kotak hitam yang dipunyai pesawat terbang, kotak tersebut ditaruh di ruang kendali untuk mengetahui apa yang terjadi apabila sesuatu benda asing berbenturan dengan satelit.

Membuat dan berinventasi untuk satelit yang mengorbiti bumi bukanlah bisnis berisiko kecil. Apalagi jika Anda mengetahui ada lebih dari 100 miliar meteoroid masuk ke lapisan atmosfer setiap hari. Walaupun hancur saat melintasi atmosfer, namun batu-batu kecil meteoroid tetap berbahaya bagi satelit.

Memang, apa yang terjadi jika meteoroid yang sangat kecil berbenturan dengan satelit belum diketahui seberapa besar dampaknya. Tetapi, peneliti Stanford telah berhasil melakukan pengujian awal sebuah perangkat yang dapat membantu menjelaskan dampak benturan tersebut terhadap ruang kendali.

Sejumlah peneliti dari Stanford ini tidak benar-benar terbang ke luar angkasa. Mereka terbang dengan pesawat yang mana ruang kendalinya bergravitasi nol dan melayang di atas samudera untuk kurun waktu tertentu.

Rombongan peneliti tersebut dipimpin oleh Nicolas Lee, seorang mahasiswa pascasarjana di bidang penerbangan dan astronotika. Ia bersama beberapa koleganya merancang kanopi satelit kecil yang disebut CubeSat.

"Kanopi ini nantinya dikerahkan untuk melidungi pesawat ruang angkasa dari meteoroid hingga membentengi satelit dari radiasi matahari," kata Lee. "Tapi, untuk sekarang ini, kami hanya ingin membuktikan kinerja perangkat tersebut."

Hasil uji coba ini, berupa inovasi mahasiswa Stanford, kemungkinan besar akan dapat diimplementasikan di seluruh roket yang menerbangkan satelit ke luar angkasa. Sebab, melihat risiko benturan antara meteoroid kecil yang bergerak dengan kecepatan luar biasa di orbit sekitar matahari (sekitar 250.000 kilometer/jam) dan satelit sangat lah besar.

"Benturan itu akan menciptakan ledakan yang sangat dahsyat," ucap Lee. Namun, karena tidak ada alat khusus untuk memantau sekaligus mengendalikan satelit, maka sampai saat ini belum ada yang tahu persis bagaimana benturan ini merusak badan satelit.(TechSpace)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.



image

Innovation Lab, Wadah bagi Pembuat Aplikasi

Posted: 22 Nov 2010 09:58 PM PST

 

 

VIVAnews - Melihat tren perkembangan aplikasi yang begitu pesat, PT Indosat Tbk (Indosat) meresmikan laboratorium khusus yang dibuat untuk para pengembang aplikasi mobile. Wadah tersebut bertajuk Indosat Innovation Lab.

Teguh Prasetya, Group Head Brand Marketing Indosat mengatakan, di Innovation Lab tersebut perusahaan akan mengembangkan sistem inkubasi yang bisa membantu para pengembang aplikasi dan inovator muda untuk berkreasi.

"Kurang lebih seperti wadah bagi para pengembang. Mereka bisa bereksperimen dan berdiskusi secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar dan pengembangan aplikasi," kata Teguh di Jakarta, 23 November 2010. "Setiap pengembang yang terlibat tidak dikenakan biaya sepeserpun, cukup registrasi saja."

Dalam membangun "taman bermain" bagi para pengembang aplikasi itu Indosat tidak sendirian. Perusahaan yang 60 persen sahamnya dikuasai Qatar Telecom tersebut merangkul sejumlah vendor jaringan dan telekomunikasi seperti Cisco, Nokia Siemens Network, Research In Motion, Alcatel Lucent, HP, ZTE, dan Ericsson.

Di dalam Innovation Lab, pengembang aplikasi dapat menikmati berbagai fasilitas meliputi ruang demonstrasi, ruang seminar, ruang pengembang, serta akses broadband HSPA+ 42 Mbps. Ruang demo dapat dimanfaatkan para pengembang untuk mencoba berbagai aplikasi terkini dari perangkat atau gadget berbasis OS Blackberry, Android, dan OS-OS lainnya.

"Sementara ini, Innovation Lab baru dibuka di Jakarta dan dapat digunakan oleh para pengembang aplikasi Blackberry. Setelah ini, kami akan membuka lab yang sama di Bandung untuk platform Google Android," ucap Teguh.

Sementara itu, Direktur Utama Indosat Harry Sasongko menilai kehadiran Innovation Lab ini sebagai pusat pertemuan para inovator muda dalam mengembangkan aplikasi dari berbagai sistem operasi.

"Semua ini adalah buah hasil kerja sama kami dan sejumlah vendor. Kami hanya menjembatani pengembang lokal dan vendor. Semuanya hasil gotong royong," tukas Harry.

Namun demikian, Indosat tidak memasang target berapa jumlah pengembang lokal yang akan dibidiknya. Dan, perusahaan juga enggan menyebutkan nilai investasi pembangunan Innovation Lab tersebut.

 

 

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.



image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION