Selasa, 17 Mei 2011

Temuan Survei Indo Barometer Simplistis

Temuan Survei Indo Barometer Simplistis


Temuan Survei Indo Barometer Simplistis

Posted: 17 May 2011 01:01 AM PDT

INILAH.COM, Jakarta - Apa betul masyarakat kangen Pak Harto? Pertanyaan itu mencuat akibat survei Indo Barometer yang menyebutkan bahwa Soeharto adalah presiden yang paling disukai masyarakat Indonesia dan lebih berhasil ketimbang SBY. Benarkah demikian? Dari mana kesimpulan itu diambil?

Barangkali bagi Yus Usman Sumanegara, salah satu pendiri Partai Nasional Republik (Nasrep) bersama Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, survei Indo Barometer jelas melegakan. "Itu fakta yang semua orang bisa lihat," kata Yus Usman.

Itu sebabnya, salah satu latarbelakang pendirian partai ini, kata Yus Usman, adalah menjawab kerinduan sebagian orang terhadap kejayaan Indonesia di masa kepemimpinan Soeharto.

"Padahal era Soeharto, kekerasan dan represi menjadi realitas keseharian bagi mahasiswa, masyarakat dan para aktivis. Kebebasan pers diberangus, tidak ada demokrasi dan tidak ada kemerdekaan berserikat-berkumpul," kata pengamat politik M Fadjroel Rachman.

Hasil Survey Indo Barometer itu bisa dianggap sekadar mencocokkan paralelisme temuan mereka yang sejalan dengan teori Profesor Larry Diamond. Dalam teks 'Konsolidasi Demokrasi (2003), Larry menulis bahwa kinerja ekonomi yang membaik akan meningkatkan legitimasi pemerintah dan sebaliknya kinerja ekonomi yang buruk akan mudah membawa kesadaran masyarakat ke rezim sebelumnya yang meskipun lebih otoriter namun dianggap lebih baik dari sisi ekonomi. Namun kajian Larry Diamond itu sendiri masih diperdebatkan para ilmuwan.

Pertanyaannya kemudian, ada apa di balik survei Indo Barometer itu? Ada kepentingan apa? Masyarakat politik curiga bahwa ada kepentingan sempit di balik survei tersebut sebab membandingkan SBY dan Soeharto jelas tidak mudah dan banyak faktor yang harus dipertimbangkan, selain faktor responden dan usia mereka.

"Menyimpulkan bahwa Soeharto lebih baik dari SBY jelas simplistis, bahkan over-simplifikasi, meskipun SBY juga tidak berhasil karena lemah dalam kepemimpinan, lemah dalam penegakan hukum dan kabinetnya bukan kabinet ahli," ujar pengajar sosiologi UIN Jakarta Abas Jauhari MA.

Berbagai kalangan melihat, dari survey Indo Barometer nampak bahwa responden berusia 17 tahun dinilai tak paham soal rezim di era Orde Baru. Karena itu penilaian mereka dalam sebuah survei politik bahwa rezim Orde Baru lebih baik dibandingkan era reformasi, patut diragukan.

"Usia 17 itu belum mengenal Orde Baru, meskipun mungkin dalam survei itu jumlah mereka hanya untuk proporsi tertentu saja. Kalau mereka diminta evaluasi Orde Baru itu akan kacau. Mereka cuma dengar," timpal pengajar Departemen politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, Haryadi.

Survei Indo Barometer juga menarik perhatian kalangan berpendidikan menengah ke atas di jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Sebagian besar dari mereka menilai orang Indonesia memang aneh kalau merindukan era Orba, mengingat sistem otoriter yang dijalankan Soeharto ketika itu sangat pengap, dan belenggu atas kemerdekaan pers sangat keras. [mdr]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: If At First You Don't Succeed - Four Decades Of US-UK Attempts To Topple Gadafi.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Berkat FB, Ilmuwan Sukses Identifikasi Ribuan Ikan

Posted: 17 May 2011 01:03 AM PDT

INILAH.COM, Toronto – Peneliti Kanada mengatakan, berkat Facebook ia bisa cepat mengidentifikasi ribuan spesies ikan dalam proyek risetnya. Bagaimana bisa?

Kandidat doktoral University of Toronto Scarborough (UTS) Devin Bloom melakukan survei ichthyologika pertama di sungai terpencil Cuyuni di Guyana. Dalam survei dua pekan itu, Bloom dan rekan peneliti berhasil menangkap lebih dari lima ribu spesimen ikan.

Saat itu, permasalahan muncul. Untuk mendapat izin membawa ikan-ikan itu keluar dari negara itu untuk dipelajari, peneliti harus menghitung dengan tepat tiap spesies dan memberi laporan detil pada pemerintah Guyana.

Karena terdesak segera kembali ke Amerika Serikat (AS), tim hanya memiliki beberapa hari untuk mengidentifikasi ribuan spesimen ikan itu. Saat itulah, Bloom menyarankan menggunakan Facebook.

Setelah mengunggah foto semua jenis ikan, kurang dari 24 jam, jaringan peneliti, teman dan rekan pun berhasil mengidentifikasi hampir tiap spesies. Melalui pasokan identifikasi tersebut, tim bisa memberi hasil laporan pada pemerintah dan kembali ke AS sesuai jadwal. [mor]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: If At First You Don't Succeed - Four Decades Of US-UK Attempts To Topple Gadafi.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION