Senin, 04 Juli 2011

Remaja Amerika Kecanduan SMS

Remaja Amerika Kecanduan SMS


Remaja Amerika Kecanduan SMS

Posted: 04 Jul 2011 12:39 AM PDT

INILAH.COM, New York - Remaja Amerika banyak mengirim SMS untuk membicarakan apapun, di manapun mereka berada. Tiap orang rata-rata mencapai 100 SMS per hari!

Keberadaan ponsel menggantikan cara-cara manusia berkomunikasi dengan sesamanya. Percakapan tak lagi dengan mulut, tapi dengan jari. Remaja di Amerika salah satu contoh ekstremnya. Mereka keranjingan mengirim SMS untuk membicarakan apapun, mulai dari obrolan sekolah, janjian, bergosip, dll.

Lab 42 melakukan proyek penelitian melalui poling yang mengikutsertakan 500 remaja berusia 13-21.

Hasil poling memperlihatkan, 71% responden lebih memilih mengirim SMS ketimbang menelepon. Remaja berusia 18 ke atas mengirim SMS rata-rata 10 kali per hari.

Remaja pria usia 14-17 mengirim 30 SMS per hari, sedangkan yang perempuan pada usia yang sama menunjukkan fakta lebih mencengangkan. Mereka rata-rata mengirim 100 SMS per hari. Mereka mengirim SMS di manapun, di rumah (28%), di kelas (14%), saat makan (11%), bahkan saat sedang menyetir (2%). [mor]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.



image

Kasus iPad, Hukum Diminta Jangan Tebang Pilih

Posted: 04 Jul 2011 12:53 AM PDT

Liputan6.com, Jakarta: Kasus ditangkapnya penjual komputer tablet iPad di forum di dunia maya karena dianggap melanggar Undang-undang Perlindungan Konsumen mengundang perhatian anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ecky Awal Mucharam, selaku anggota Komisi VI DPR yang membawahi urusan perdagangan, perindustrian, badan usaha milik negara (BUMN), serta koperasi dan usaha kecil menengah (UKM), menilai hal itu sebagai bentuk penggunaan UU yang tidak esensial. Serta, tidak sesuai dengan semangat dibuatnya UU tersebut [baca: Alumnus ITB Meringkuk di Rutan Salemba].

Karena itu, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai seharusnya yang menjadi fokus aparat adalah penyelundupan telepon seluler (ponsel) cerdas BlackBerry di Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Apalagi, kasus tersebut belum jelas penyelesaiannya sejak Januari silam.

"Itu sampai kontainer ukurannya, ribuan unit yang diselundupkan. Kalau aparat punya niat yang benar seharusnya yang itu dulu yang dibereskan. Itu kalau lolos masuk ke pasaran kan juga tidak punya manual book atau buku panduan berbahasa Indonesia, ilegal pula. Jangan karena ada beking politik jadi tidak diusut," ucap Ecky melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Senin (4/7).

Ecky menambahkan, sudah umum menemukan produk elektronik yang tidak memiliki buku panduan berbahasa Indonesia, bahkan di pusat-pusat perbelanjaan besar. Tak perlu menjebak di forum online, di depan mata juga banyak. Lagi pula, imbuh dia, hal tersebut sudah diklarifikasi Kementerian Perdagangan bahwa iPad tidak termasuk barang yang wajib memiliki buku panduan berbahasa Indonesia.

"Jadi kasus ini tidak esensial, dan bukan untuk hal seperti ini UU tersebut dibuat. Semangatnya itu untuk melindungi rakyat Indonesia, bukan justru dipakai untuk menjebak rakyat sendiri oleh oknum aparat," tandas Ecky.

Lebih jauh Ecky mengatakan, kasus ini bisa terjadi di antaranya karena Indonesia belum memiliki UU Perdagangan. "Kita masih pakai UU peninggalan Belanda, Tantangannya sudah berbeda, tidak relevan lagi. Sampai sekarang Menteri Perdagangan tidak juga menyelesaikan UU Perdagangan untuk diajukan kepada DPR, padahal ini UU inisiatif pemerintah. Ibu Menteri (Mari Elka Pangestu) sudah dua periode, dan pembahasan UU Perdagangan sudah dilakukan sejak periode pertama ibu Menteri menjabat, tapi belum selesai juga," ujarnya.

Lantaran itulah, Ecky mendesak pemerintah untuk tegas dan tidak tebang pilih dalam kasus Ipad tersebut. "Kalau pemerintah mau serius melaksanakan UU bukan begini caranya. Tangkap pelaku penyelundupan dan selesaikan UU Perdagangan," tutupnya.(ANS)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.



image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION