Rabu, 06 Juli 2011

Bukan Gadget, Smartphone 'Peliharaan Baru' Manusia

Bukan Gadget, Smartphone 'Peliharaan Baru' Manusia


Bukan Gadget, Smartphone 'Peliharaan Baru' Manusia

Posted: 05 Jul 2011 05:11 PM PDT

INILAH.COM, Manhattan – Manusia makin tak bisa lepas dari ponsel karena dianggap hal menarik. Mengabaikan fungsinya, manusia cenderung menggunakannya untuk hiburan dibanding komunikasi.

"Ponsel bukan lagi sekadar ponsel. Kini, ponsel menjadi cara manusia berkomunikasi dan ponsel telah menjadi bagian dari kehidupan mereka," ujar peneliti teknonolgi dan pemasaran Esther Swilley di Kansas State University (KSU).

Untuk mengumpulkan data, Swilley meneliti cara mahasiswa KSU menggunakan dan merespon ponsel mereka serta mensurvei mahasiswa di jalur pemasaran. Peneliti mengukur tingkat keterpikatan manusia pada ponsel atau afinitas ponsel.

Partisipan survei memiliki rentang usia 19-24 dan 99% di antaranya memiliki ponsel. "Jujur, saya terkejut jumlah ini tak mencapai 100%. Orang terbiasa berbagi komputer, namun tidak dengan ponsel yang dimiliki banyak orang. Kepemilikan individual sangat berarti bagi tiap orang."

Melalui adopsi lebih banyak smartphone dan pengenalan aplikasi, Swilley mengatakan, bagi banyak pemilik, faktor hiburan pada ponsel menjadi sumber kebanggaan dan kesenangan, "Serupa memiliki binatang peliharaan baru."

Serupa memiliki tamagochi, orang tak akan mematikannya dan secara konstan bermain dengannya dan ingin memamerkannya pada orang lain, lanjutnya seperti ditulis UPI. [mor]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Saat Teknologi Mulai Memuakkan

Posted: 05 Jul 2011 11:05 PM PDT

INILAH.COM, Jakarta - Penelitian terbaru dari Universitas Cambridge menyatakan perkembangan teknologi komunikasi sudah berlebihan dan mulai memuakkan.

Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat belakangan ini mewarnai hampir setiap aspek kehidupan manusia. Ada kalangan masyarakat yang senang, dan ada juga yang bosan.

Penelitian yang dilakukan Universitas Cambridge menunjukkan fakta, mayoritas responden tetap lebih memilih komunikasi secara langsung. Sebanyak 65% orang dewasa lebih menyukai komunikasi tatap muka, dan respon yang sama juga terjadi pada anak-anak, yakni sebesar 64%.

Memang ada banyak orang yang merasa perlu mengikuti perkembangan teknologi, bahkan menjadikannya sebagai tren gaya hidup.

Tapi penelitian yang dilakukan selama delapan bulan ini juga menunjukkan, 38% responden anak-anak usia 10–14 mengaku, menggunakan teknologi komunikasi secara berlebihan bisa membuat mereka muak. Sebanyak 34% partisipan usia 25–34 juga merasakan hal yang sama.

Hampir setengah responden remaja bahkan mengatakan mereka berusaha mengurangi penggunaan teknologi, dan sebanyak 42% orang dewasa dan anak-anak juga ingin mengurangi penggunaan situs jejaring sosial.

Penelitian ini diketuai oleh Profesor John Clarkson, direktur Engineering Design Centre Universitas Cambridge. Ia mengatakan, orang-orang yang selalu merespon kemunculan gadget baru, biasanya adalah mereka yang tidak mengalami kepuasan hidup.

Sementara individu yang punya kontrol lebih besar terhadap teknologi baru biasanya merasa lebih bahagia. Mereka yang punya pemahaman lebih bijak atas fungsi dan manfaat teknologi komunikasi, cenderung memiliki kehidupan yang lebih seimbang dan positif. [mor]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.



image

Nazaruddin Sering Gonta-ganti Nomor HP

Posted: 05 Jul 2011 11:31 PM PDT

INILAH.COM, Jakarta - Ketidaktahuan DPP Partai Demokrat terhadap keberadaan Nazaruddin dikarenakan putusnya komunikasi antara kedua belah pihak. Sebab dalam setiap komunikasi yang dilakukan pihak DPP tidak pernah menghubungi Nazaruddin melainkan hanya menunggu kontak dari Singapura.

"Komunikasi-komunikasi terakir itu beliau yang menghubungi kami, jadi komunikasinya satu arah. Dia yang menghubungi kita, bukan kita yang kontak," ujar Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Batoeghana kepada INILAH.COM, Rabu (6/7/2011).

Sutan mengaku ketika dihubungi, Nazaruddin tidak pernah menggunakan nomor telopon yang sama. Sehingga sulit bagi perwakilan Partai Demokrat untuk menghubunginya kembali. "Komunikasi satu arah hanya dari dia (Nazaruddin), nomornya ganti-ganti juga, jadi tidak sama," jelasnya.

Selain itu, Sutan mengaku dirinya tidak hanya melalui telepon saja berkomunikasi dengan Nazaruddin. Sesekali Nazaruddin juga pernah berkomunikasi melalui BlackBerry Messenger (BBM) dengan dirinya.

"Kalau kirim pesan lewat BBM paling dia bilang, abang lagi dimana? Sibuk atau tidak? Kalau tidak katanya dia mau telepon. Sama seperti teman-teman media kirim BBM ke dia (Nazaruddin)," ungkap Sutan.

Namun, setelah Nazaruddin ditetapkan sebagai tersangka KPK, dirinya tidak pernah lagi dihubungi oleh Nazaruddin hingga saat ini. [bar]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION