W8, Ponsel Walkman Android Pertama |
- W8, Ponsel Walkman Android Pertama
- Planet Misterius Berukuran Raksasa
- Timbang-timbang Aplikasi Android Vs Apple
W8, Ponsel Walkman Android Pertama Posted: 01 Jun 2011 08:03 PM PDT INILAH.COM, Jakarta - Mimpi punya ponsel Android yang sekaligus bisa memainkan musik dari Walkman? simak produk baru Sony Ericsson ini. Sony Ericsson memperkenalkan produk baru yaitu W8. W8 adalah ponsel Walkman Android pertama. Tahun lalu Sony Ericsson telah mengeluarkan ponsel Android yaitu X8 dan X10. Namun kali ini ponsel Android mereka dilengkapi Walkman. "Kita memanfaatkan kekuatan Android, karena banyak orang sekarang membeli produk Android. Android adalah masa depan potensial untuk industri ponsel," ujar Hanny Sanjaya, manajer komunikasi marketing Sony Ericsson Indonesia saat demo produk tersebut di Gandaria City kemarin (1/6/2011). Dengan layar 3 inci, W8 keluar dengan aplikasi unik Sony Ericsson yaitu Infinite Button dan Timescape. Jika kita memainkan musik di Walkman, melalui Infinite Button, musik tersebut akan langsung terhubung ke Youtube, sehingga user dapat melihat video clip lagu tersebut. Demikian pula dengan Timescape. Jika user membuka phonebook dan memilih nomor kontak seseorang, dengan tombol Timescape, nomor kontak orang tersebut akan terhubung langsung dengan akun Facebook dan Twitter-nya. "Produk Sony Ericsson Walkman Android ini dibuat untuk memenuhi tingginya permintaan akan produk semacam ini di Indonesia." Hanny mengatakan bahwa W8 rencananya akan beredar pada Jumat (3/6) besok. Mengenai harganya, W8 tidak berbeda jauh dengan X8, diperkirakan berkisar Rp 1,7 juta. Selain di Indonesia, produk ini juga akan dipasarkan di China, Hong Kong, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Pada kesempatan yang sama, Hanny juga memberi bocoran bahwa Sony Ericsson rencananya akan mengadakan demo Xperia Play di ICC 8 Juni mendatang. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: You Cannot Kill An Ideology With A Gun. |
Planet Misterius Berukuran Raksasa Posted: 01 Jun 2011 11:00 PM PDT INILAH.COM, Boston - Kenapa komet masuk ke sistem tata surya? Kemungkinan karena ada planet misterius yang ukurannya raksasa. Melalui sebuah penelitian, tim peneliti Ames Research Center NASA memaparkan bahwa masuknya komet ke sistem tata surya kemungkinan karena ada planet raksasa yang ukurannya lebih besar dari Jupiter. Planet raksasa ini berada di luar tata surya dan belum pernah diketahui keberadaannya. Tim peneliti mempresentasikan hasil penelitian mereka pada pertemuan American Astronomical Society di Boston. Berdasarkan data, menurut mereka penjelasan paling sederhana tentang masuknya komet ke tata surya kita dalam bentuk elips, kemungkinan karena ada objek berukuran besar yang mengorbit di luar tata surya. Objek besar ini bisa jadi sebuah planet raksasa yang jaraknya sekitar seperempat tahun cahaya. Tapi ini hanya kemungkinan, karena karakteristik planetnya sendiri belum diketahui. Keberadaan planet lain di luar tata surya dapat diketahui dengan teleskop Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) milik NASA yang diluncurkan pada 2009. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: You Cannot Kill An Ideology With A Gun. |
Timbang-timbang Aplikasi Android Vs Apple Posted: 01 Jun 2011 11:03 PM PDT INILAH.COM, Jakarta – Memang tak semua aplikasi Android jelek. Namun, setelah menggunakan perangkat Android beberapa waktu kemudian berganti produk Apple, perbedaan akan terasa. Aplikasi yang muncul di iOS memang tak tampak 'gemerlap' namun aplikasi di platform tersebut bisa bekerja lebih baik dan lebih mudah digunakan. Bahkan, saat sebuah aplikasi yang tersedia untuk iPhone dan Android, aplikasi pada iPhone akan tampak lebih baik. Mengapa hal seperti bisa terjadi? Haruskah hal ini menjadi pertimbangan Anda saat akan membeli smartphone atau tablet Android? Berikut analisa penggiat software open-source Jared Spurbeck. Membuat aplikasi iPhone atau biaya iPad dan menjualnya di App Store mengharuskan Anda membayar US$99 (Rp 848 ribu) per tahun. Saat membuat aplikasi itu, Anda diwajibkan menggunakan bahasa Objective-C yang biasa digunakan membuat aplikasi untuk Mac dan iOS. Selain itu, tiap aplikasi yang Anda buat akan disaring Apple sebelum akhirnya bisa masuk ke toko. Melihat proses ketat di App Store, tak ayal tak banyak aplikasi muncul di App Store. Namun, membuat aplikasi untuk Android Market jauh lebih mudah. Di Android Market, Anda hanya cukup membayar US$25 (Rp215 ribu) flat untuk menempatkan aplikasi Anda di Android Market. Jika ingin membuat aplikasi itu menjadi berbayar, Anda cukup menambah US$20 (Rp171 ribu). Selain itu, Anda cukup menggunakan bahasa Java, bahasa yang diajarkan secara luas di perguruan tinggi dan mudah dipelajari, untuk membuat aplikasi Android. Karena mudahnya membuat aplikasi Android, tak ayal banyak aplikasi 'amatir' di Android Market. Android Market memang berkembang pesat, dalam hal jumlah aplikasi dan seberapa banyak keuntungan dari penjualan aplikasi. Demikian, pengembang Android hanya bisa mendapat 'sebagian kecil uang' dari iTunes App Store. Faktanya, metrik terbesar yang membuat Android Market mampu mengalahkan App Store hanyalah jumlah aplikasi gratisnya yang banyak. Terkadang, memang ada pengembang yang bisa mendapat uang lebih banyak dari aplikasi Android dibanding di App Store. Namun, hal itu tak berlaku untuk kebanyakan orang. Artinya, Android Market bukanlah pemberhentian pertama bagi pengembang yang berdedikasi yang ingin menghasilkan uang. Pengembang aplikasi IPhone dan iPad pada dasarnya hanya memiliki satu ukuran layar. Alhasil, para pengembang bisa membuat layar iPhone atau iPad layaknya kanvas. Selain itu, para pengembang akan sangat mengetahui tampilan aplikasi yang mereka buat untuk digunakan penggunanya. Sebaliknya, pengembang Android harus membuat aplikasi untuk banyak perangkat Android yang memiliki ukuran layar beragam karena ukuran layar dan resolusinya berbeda-beda. Banyak ponsel Android memiliki keyboard slider, pengembang juga harus memastikan aplikasi mereka bisa bekerja. Jika para pengembang tak memperhitungkan aplikasinya di tiap perangkat, pengembang tak akan mendapat untung. Selain itu, pengembang juga bisa mendapat ulasan buruk dari para pengguna yang mendapati aplikasinya tak bisa berjalan. Meski begitu, Spurbeck mengaku, bukan berarti tak ada aplikasi Android yang 'menarik' di Android Market. Permasalahannya, aplikasi iPhone dan iPad jauh lebih banyak ditemui di App Store. Bagaimana menurut Anda? [mdr] This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: You Cannot Kill An Ideology With A Gun. |
You are subscribed to email updates from Add Images to any RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
STOP DREAMING START ACTION