Selasa, 22 Maret 2011

Terlalu Banyak Polusi, Ilmuwan Bikin Pohon Buatan

Terlalu Banyak Polusi, Ilmuwan Bikin Pohon Buatan


Terlalu Banyak Polusi, Ilmuwan Bikin Pohon Buatan

Posted: 21 Mar 2011 06:04 PM PDT

INILAH.COM, Jakarta – Di dunia modern yang penuh polusi, tampaknya menanam pohon secara alami sangat sulit. Namun kini pohon buatan dapat menjadi solusi penyedia oksigen baru.

Peneliti Colombia University di New York bekerja sama dengan Influx Studio di Paris merancang pohon buatan. Mesin mirip pohon darah naga ini dilengkapi cabang lebar dan puncak seperti payung yang berisi panel surya yang bisa mendayai pohon itu.

Gagasan pohon buatan ini muncul di Massachusetss di kompetisi pohon perkotaan Boston Treepods 2011 dan disponsori SHIFTboston. Tim perancang membuat proposal pohon perkotaan buatan ini, pohon ini akan bekerja layaknya pohon asli yang mengubah karbon dioksida menjadi oksigen tanpa perlu ditanam dalam tanah atau disirami.

"Influx Studio sedang menyusun spesifikasi dan berusaha memperoleh patennya. Diperkirakan semuanya akan selesai pada April," kata Direktur SHIFTboston Kim Poliquin.

Untuk itu, SHIFTboston mulai mencari harga Boston Treepod itu. "Kami berharap segera memperoleh harga kompetitif untuk memproduksi prototipe-nya".

Treepod ini terdiri dari daur botol plastik dan memanfaatkan teknik penghapusan karbon dioksida yang disebut 'humidity swing' yang bisa membantu membersihkan udara. Pohon buatan ini tampak seperti lampu kota futuristis dengan banyak warna.

Selain itu, pohon ini bisa menghasilkan energi dari panel surya atau dari papan jungkat-jungkit yang diciptakan untuk mainan anak-anak di dekatnya. Puritan mungkin akan menolak gagasan pohon buatan ini, namun pohon ini akan menyediakan oksigen bagi mereka.

SHIFTboston menargetkan prototipe 'tanaman' ini selesai pada awal 2012. [mor]

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Comment Is Free But Freedom Is Slavery - An Exchange With The Guardian's Economics Editor.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Apple Gugat Amazon, Berselisih Gara-gara APP STORE

Posted: 21 Mar 2011 07:33 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA-- Apple Inc kembali berurusan dengan hukum. Kali ini mereka menggugat Amazon.com Inc dalam upaya untuk menghentikan pengecer online tersebut dari menggunakan merek dagang Apple 'APP STORE'.

Demikian menurut pengajuan pengadilan yang diperoleh Reuters. Gugatan, yang diajukan di pengadilan federal California akhir pekan lalu, mengatakan Amazon menggunakan tanda 'APP STORE' untuk meminta para pengembang perangkat lunak di seluruh Amerika Serikat bergabung menjual produknya di Amazon.

Sementara, Apple telah mendaftarkan merek dagang APP STORE. Sebelum ini, Microsoft pun bermasalah dengan 'APP Store' Apple. "Kami sudah meminta Amazon tidak untuk menyalin nama APP STORE karena akan membingungkan dan menyesatkan pelanggan," kata juru bicara Apple Kristin Huguet.

Amazon.com tidak segera menanggapi permintaan komentar. Menurut gugatan itu, Amazon tidak sah menggunakan merek dagang APP STORE. Amazon menggunakannya dalam: "Amazon AppStore Pengembang Portal," bersama dengan instansi lain seperti iklan untuk versi Angry Birds, permainan mobile populer.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Comment Is Free But Freedom Is Slavery - An Exchange With The Guardian's Economics Editor.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Lokalisasi Situs Porno di Domain .XXX Disahkan

Posted: 21 Mar 2011 01:44 PM PDT

SAN FRANCISCO, KOMPAS.com — Tak lama lagi banyak situs pornografi punya lokalisasi di internet dengan disetujuinya domain berakhiran .XXX. Nama domain baru ini akan bergabung dengan situs-situs yang selama ini telah kita kenal, seperti .COM atau .ORG.

Akhiran .XXX ini akan dipakai khusus bagi konten bagi orang dewasa yang berbau pornografi. Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN), sebuah badan yang mengatur sistem penamaan domain di internet, telah memutuskan memakai akhiran .XXX itu pada akhir pekan lalu.

ICANN sebelumnya telah berulang kali menolak memberikan nama situs dengan akhiran .XXX. Sejak tahun 2000, ICANN menolak permohonan tersebut atas desakan kelompok Kristen dan pemerintah yang khawatir terhadap penyebaran pornografi. Para kelompok agama khawatir penamaan itu akan melegitimasi keberadaan pornografi di dunia maya.

Namun, kelompok yang setuju juga tak kalah bersemangat untuk terus memperjuangkan penamaan tersebut. Diane Duke, Direktur Eksekutif Free Speech Coalition, menuding ICANN telah berlaku tidak adil. Menurutnya, ICANN seharusnya berlaku adil atas kepentingan kebebasan berbicara di internet.

Di lain pihak, munculnya domain khusus situs porno tersebut diharapkan mempermudah penyensoran konten porno di internet. Namun, bukan hal mudah memaksa penyedia situs porno yang telah dikenal lewat alamat .COM atau lainnya agar beralih ke alamat tersebut. Boleh jadi, mereka membeli alamat domain dengan .XXX. Namun, itu hanya akan digunakan untuk mengarahkan pengguna ke situs aslinya.

Jika tidak diatur lebih lanjut, maka ketersediaan nama domain dengan .XXX malah memicu konflik baru. Misalnya, buat pemilik produk terkemuka yang bisa jadi terpaksa harus membeli alamat dengan namanya, tetapi tidak akan menggunakannya agar tidak diambil orang lain yang iseng. Contohnya Disney, mungkin mereka harus cepat-cepat membeli Disney.xxx agar tidak disalahgunakan orang lain pada masa mendatang.

Hingga saat ini tidak diketahui mengapa akhirnya ICANN mengabulkan gugatan tersebut. Namun, yang jelas, seorang pejabat ICANN mengakui bahwa pihaknya telah setuju untuk menggunakan situs dengan akhiran .XXX. (Kontan/Edy Can)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Comment Is Free But Freedom Is Slavery - An Exchange With The Guardian's Economics Editor.



image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION