Senin, 07 Maret 2011

Riset: Tablet Akan Gantikan Smartphone

Riset: Tablet Akan Gantikan Smartphone


Riset: Tablet Akan Gantikan Smartphone

Posted: 06 Mar 2011 11:53 PM PST

VIVAnews - Pasar tablet menjadi pasar piranti keras IT yang memiliki angka pertumbuhan tertinggi secara global sepanjang tahun 2010. Dengan 18,3 juta tablet yang dijual tahun lalu, iPad memiliki pangsa pasar terbesar, yakni sekitar 90 persen secara global.

Dianggap sebagai salah satu tren pasar utama TI untuk tahun yang akan datang, hampir 100 tablet baru diluncurkan pada tahun 2011. Demikian disampaikan lembaga riset Frost & Sullivan pada laporan terbarunya, Senin 7 Maret 2011.

Menurut laporan tersebut, iPad diperkirakan tetap mempimpin pasar dalam jangka pendek dan menengah. Namun, pendatang baru seperti RIM, Cisco, Avaya dan perangkat berbasis Android diperkirakan juga akan meraih pangsa pasar yang relatif cepat dalam jangka pendek.

Secara umum, tablet memiliki nilai jual unik yang sangat kuat terutama bagi sektor penjualan yang memiliki fokus industri yang bervariasi. Industri yang menjadi pelopor dalam penggunaan tablet adalah sektor farmasi, konstruksi dan consumer goods, yang telah memiliki kisah sukses bisnisnya tersendiri.

Terkait aplikasi, kemungkinan besar yang akan paling sering digunakan adalah e-mail dan sales support software, seperti CRM dan Business Intelligence tools.

"Namun, masih ada faktor yang menghambat penetrasi tablet di pasar korporat, penggunaan, dan akses, yaitu terbatasnya pengembang aplikasi tablet, rendahnya jumlah data plans 3G, subsidi khusus telco untuk tablet dan harga tablet yang tinggi di pasar lokal," kata Iwan Rachmat, Senior Consultant, Information & Communication Technologies Frost & Sullivan Indonesia.

Di Indonesia, Iwan mengungkapkan bahwa demam Tablet PC di Indonesia mulai terasa sejak pertengahan 2010, di mana Apple mulai datang dengan Apple iPad-nya. Dari awal, pasar yang sedang demam internet sudah menunggu-nunggu kehadiran iPad di pasar, walaupun dengan antisipasi harga yang tinggi.

Mengintip historinya, iPad hadir di tengah hangatnya demam netbook atau laptop dengan versi mini dan harga yang relatif terjangkau sekitar 3-4 jutaan. Merek global mulai dari Toshiba, HP, Sony, Acer, Asus, sampai merek lokal seperti Axioo, semua menawarkan netbook dengan berbagai macam versi.

"Pasar Indonesia juga menunjukkan demand yang tinggi terhadap smartphone yang mana salah satunya adalah BlackBerry. Kini penggunanya sudah mencapai sekitar 3 juta dan sebagian besar adalah youth segment," jelas Iwan.

Menurut Iwan, secara umum hal-hal yang dapat mendorong penggunaan Tablet PC di Indonesia antara lain:

- akses (broadband) yang lebih baik; dimana saat ini penetrasi wireless broadband baru mencapai 17 persen di 2010

- harga; dengan masifnya produksi pesaing iPad seperti Samsung Tab, HP, Blackberry, Acer, diharapkan harga tablet menjadi lebih murah. Saat ini iPad masih dianggap sebagai tablet premium dengan harga sekitar Rp7 juta. Sementara di low-end Acer bisa didapat dengan harga 3–4 juta.

- dukungan operator; yakni dalam bentuk program bundling.

- tarif Internet yang murah.

- jejaring sosial; maraknya penggunaan Facebook (Indonesia terbesar kedua di dunia di bawah AS) dan Twitter juga secara tidak langsung mendorong pasar smartphone dan tablet PC.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Comment Is Free But Freedom Is Slavery - An Exchange With The Guardian's Economics Editor.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Ketahui Alergi Anak Secara Online

Posted: 06 Mar 2011 10:20 PM PST

VIVAnews - Sekelompok tim peneliti asal Irlandia tengah mengembangkan 'Cork-Southampton calculator' yang merupakan sebuah kalkulator diagnostik online. Peneliti menjanjikan, kalkulator tersebut mampu menghasilkan akurasi 96 persen saat mendeteksi alergi makanan pada anak.

Diperkirakan, kalkulator ini juga akan menggantikan metode konvensional untuk memastikan alergi terhadap makanan tertentu. Yang menarik, hasil ujinya juga dapat diketahui dalam hitungan detik saja.

Perangkat itu sendiri dikembangkan oleh Audrey Dunn Galvin dan Jonathan Hourihane, peneliti dari Department of Paediatrics and Child Health University College Cork.

Untuk melakukan diagnostik atas kerentanan anak terhadap berbagai makanan yang umum mengundang alergi seperti kacang, telur, dan susu, kedua peneliti menggunakan model penghitungan matematika.

"Diharapkan, kalkulator ini dapat secara signifikan menurunkan biaya pemeriksaan terhadap alergi," kata Galvin, seperti dikutip dari Science Daily, 7 Maret 2011. "Selain itu, metode ini akan mempermudah anak-anak karena tes alergi konvensional sangat merepotkan bagi mereka," ucapnya.

Galvin menyebutkan, metode ini juga bisa mempercepat proses pengujian khususnya saat asupan makanan anak harus dipantau untuk mengetahui terhadap makanan apa mereka mengalami alergi.

"Tes alergi makanan konvensional memang tidak sempurna dan diagnosis yang handal yang telah disetujui oleh badan kesehatan akan membantu para dokter menangani anak dengan alergi makanan," kata Kevin Dalton, juru bicara Office of Technology Transfer, Uniform Commercial Code, Amerika Serikat.

Dalton menyebutkan, pihaknya memperkirakan bahwa teknologi tersebut akan diluncurkan tahun ini dan akan membantu pasien dan juga memberikan penghematan signifikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Comment Is Free But Freedom Is Slavery - An Exchange With The Guardian's Economics Editor.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Layanan SMS Terancam Punah

Posted: 06 Mar 2011 08:22 PM PST

VIVAnews - Facebook, jejaring sosial terbesar di dunia, baru-baru ini mengakuisisi vendor piranti lunak mobile messaging, Beluga. Dengan akuisisi yang nilainya tidak diketahui itu, Facebook kemungkinan akan membuat langkah besar dengan menawarkan alternatif cara yang lebih murah daripada SMS pada ponsel.

Bukan rahasia lagi, harga pesan teks (SMS) jauh lebih tinggi ketimbang layanan data (Internet) atau chatting. Meskipun ada biaya tambahan "sedikit" untuk menyimpan dan meneruskan pesan teks antara satu pelanggan ke pelanggan lain, para operator telah meraup keuntungan yang luar biasa besar bagi perusahaan. Dan, layanan ini menjadi kunci penting bagi pendapatan besar operator.

"Kini, kami dan Facebook akan bekerja sama untuk menciptakan sebuah cara sekaligus pengalaman baru yang lebih baik dalam berkomunikasi," kata Beluga dalam keterangan resmi singkat yang dikutip VIVAnews dari Cellular News, Senin 7 Maret 2011.

Ada spekulasi yang menyebutkan bahwa Facebook akan memanfaatkan 500 juta basis pelanggannya di seluruh dunia sebagai tuas pemasaran. Jejaring sosial raksasa itu akan menyediakan platform Beluga pada tiap jenis handset untuk layanan messaging dan memotong jaringan SMS milik operator.

Ini merupakan langkah besar Facebook setelah sebelumnya merogoh kocek sedikit untuk membeli aplikasi dan platform untuk layanan mobile sepanjang tahun lalu karena ia melihat layanan mobile sebagai penggerak pertumbuhan utama di sejumlah negara berkembang.

Memang, pada saat ini, piranti lunak Beluga baru tersedia untuk perangkat Apple dan smartphone berbasis Android. Beluga perlu mengembangkan platform berbasis J2ME agar layanannya dapat menjangkau mass-market dari ponsel-ponsel entry level.

Jika platform layanan pesan teks Facebook-Beluga untuk J2ME rampung, bukan tak mungkin pendapatan SMS milik operator selular, seperti Telkomsel, XL, Indosat, Axis, dan operator-operator besar lainnya akan tergerus secara perlahan, dan bukan tak mungkin layanan SMS nantinya akan punah.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Comment Is Free But Freedom Is Slavery - An Exchange With The Guardian's Economics Editor.



image

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STOP DREAMING START ACTION