Jika Gunung Ini Meletus, 2/3 Amerika Hancur |
- Jika Gunung Ini Meletus, 2/3 Amerika Hancur
- Ilmuwan Temukan Vaksin Efektif untuk TB
- Lampu Darurat LED 10 Kali Lebih Hemat Listrik
Jika Gunung Ini Meletus, 2/3 Amerika Hancur Posted: 24 Jan 2011 08:00 PM PST VIVAnews -- Taman Nasional Yellowstone di negara bagian Wyoming, Montana, dan Idaho, Amerika Serikat berada tepat di bawah puncak salah satu gunung api terbesar di dunia, Yellowstone. Sebuah supervulkano atau gunung api super. Para ahli mengkhawatirkan, gunung yang masih aktif ini bakal meletus. Apalagi, kaldera Yellowstone menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitas sejak tahun 2004 lalu. Apa yang terjadi jika Yellowstone meletus? Jawabannya, tragedi. Kekuatan erupsinya diperkirakan ribuan kali lebih kuat dari letusan gunung St Helena pada tahun 1980. Yellowstone akan memuntahkan lava ke langit, sementara abunya yang panas akan mematikan tanaman dan mengubur wilayah sekitarnya hingga radius 1.000 mil atau lebih dari 1.600 kilometer. Tak hanya itu, dua per tiga wilayah Amerika Serikat bisa jadi tak bisa dihuni karena udara beracun yang berhembus dari kaldera. Ribuan penerbangan terpaksa dibatalkan, jutaan orang menjadi pengungsi. Ini adalah mimpi buruk yang diprediksi para ilmuwan, jika Yellowstone kembali meletus untuk kali pertamanya dalam 600.000 tahun. Berita buruknya, ini mungkin terjadi di masa depan. Penelitian menunjukkan, kaldera Yellowstone telah meletus tiga kali dalam kurun waktu 2,1 juta tahun. Kekhawatiran para ahli bukannya tanpa dasar. Peningkatan terekam sejak tujuh tahun lalu. Juga, dalam tiga tahun terakhir, lantai gunung naik tiga inchi per tahun. Ini tingkat peningkatan tercepat sejak pencatatan yang dimulai tahun 1923. Namun, kurangnya data tak memungkinkan para ilmuwan memprediksi kapan gunung super itu bakal meletus. Ahli vulkanologi dari University of Utah, Bob Smith mengatakan, pengangkatan itu luar biasa karena meliputi wilayah yang cukup luas. Awalnya, tambah dia, para ilmuwan khawatir peningkatan itu bisa mengarah ke letusan. Untungnya, "kami melihat magma berada di kedalaman sepuluh kilometer, kami tidak begitu khawatir," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, Selasa 25 Januari 2011. Lain halnya jika magma berada di kedalaman dua atau tiga kilometer, para ahli bakal panik. Sementara, Robert B. Smith, profesor geofisika di University of Utah, mengatakan, ruang magma gunung super itu terisi batu yang mencair. "Tapi kita tidak tahu berapa lama proses ini berlangsung sebelum akhirnya terjadi letusan, atau sebaliknya aliran batu cair berhenti dan kaldera kembali rata." Para ilmuwan yang memantau Yellowstone percaya, ruang penyimpanan magma atau reservoir yang membengkak di kedalaman enam mil di bawah tanah mungkin menyebabkan pengangkatan itu. Para ilmuwan juga mengamati gumpalan seperti kue panekuk yang terbentuk dari batuan cair seukuran kota Los Angeles di lokasi itu. Karena kondisinya yang ekstrem, sulit bagi ilmuwan untuk menentukan apa sebenarnya yang sedang terjadi di bawah Yellowstone. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now |
Ilmuwan Temukan Vaksin Efektif untuk TB Posted: 24 Jan 2011 07:12 PM PST VIVAnews - Sebuah vaksin yang efektif untuk melawan tuberculosis (TB) sebelum dan sesudah penyakit itu menginfeksi tubuh sedang dikembangkan oleh sekelompok ilmuwan di Statens Serum Institute, Copenhagen, Denmark. Seperti diketahui TB merupakan wabah yang menyasar orang-orang yang tinggal di negara-negara berkembang, di mana antibiotik tidak tersedia secara cukup untuk diberikan pada jutaan orang yang sudah terinfeksi. Meski demikian, secara mengejutkan, TB juga menunjukkan peningkatan tajam di sejumlah negara maju, misalnya seperti di Inggris. Sebanyak 9.000 kasus TB muncul di tahun 2009. Ini memicu The Health Protection Agency untuk mencari obat untuk menangkal TB. TB sendiri merupakan penyakit paru-paru dengan batuk, sakit di dada, dan hilangnya berat badan yang menjadi ciri-cirinya. Setelah menyerang, bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab TB akan terus bersembunyi di dalam tubuh manusia. Pada masa persembunyian inilah bakteri bisa menjadi kebal terhadap vaksin. Ia bersiap untuk melakukan reaktivasi diri setelah efek vaksin itu hilang. Reaktivasi itu sendiri bisa terjadi meski setelah beberapa dekade ia bersembunyi di dalam tubuh. Vaksin BCG, yang biasa digunakan sebagai imunisasi hanya efektif jika ia disuntikkan sebelum bakteri itu menyerang tubuh. Meski demikian, seperti dikutip dari Medindia, 25 Januari 2011, vaksin baru yang dibuat mengombinasikan protein yang mampu memicu respons kekebalan baik terhadap Mycobacterium yang sedang aktif ataupun sedang bersembunyi. Kemanjuran vaksi ini sendiri sudah lama ditunggu-tunggu oleh pasien penderita AIDS yang menghadapi ancaman kematian jika TB menyerang karena kekebalan tubuh mereka sudah dihancurkan. "Vaksin yang mampu melindungi terhadap infeksi awal dan juga melindungi secara jangka panjang merupakan terobosan penting," kata Peter Davies, profesor yang juga wakil dari tim TB Alert tersebut. Laporan seputar temuan vaksin ini sendiri dipublikasikan di jurnal Nature Medicine. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now |
Lampu Darurat LED 10 Kali Lebih Hemat Listrik Posted: 24 Jan 2011 05:20 PM PST KOMPAS.com - Di tengah kondisi listrik yang seringkali mati nyala, lampu darurat menjadi satu kebutuhan yang vital. Ketika listrik padam di malam hari, lampu ini bisa menggantikan fungsi penerangan untuk sementara waktu. Selama ini, ada dua jenis lampu darurat yang beredar, pertama memakai lampu neon sementara kedua memakai LED. Agar fungsinya setelah dibeli bisa lebih optimal, melihat dulu perbedaan konsumsi energi kedua jenis itu mungkin bisa dipertimbangkan. "Lampu LED dengan terang yang sama dengan lampu neon 10 kali lebih hemat," kata Agustinus Widodo, konsultan IT PT TARAM yang juga menangani beberapa proyel di Departemen Pekerjaan Umum. "Jadi, kalau lampu neon butuh daya 40 Watt, maka lampu LED hanya butuh daya 4 Watt. Karena itu, saya biasanya menyarankan untuk menggunakan jenis LED pada konsumen," lanjut Agus saat dihubungi lewat telepon kemarin. Dengan konsumsi daya yang lebih sedikit, maka lampu darurat bisa membantu menerangi lebih lama. Ini sangat membantu kalau pemadaman terjadi dalam jangka waktu berjam-jam. Nah, untuk semakin memantapkan fungsinya, perlu juga memilih lampu darurat LED yang berkualitas. Jangan asal murah. Memilih merek yang sudah dikenal kualitasnya jauh lebih aman, meski harus merogoh kocek lebih besar. Soal keawetan juga bisa menjadi pertimbangan bukan. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php |
You are subscribed to email updates from Add Images to any RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
STOP DREAMING START ACTION